Monday, May 30, 2016

Al Wala' wal Bara'

Al-Wala' wal-Bara' (Arab: ‏الولاء والبراء) merupakan kaedah prinsip di dalam akidah Islam tentang loyalitas terhadap muslimin dan pelepasan diri dari orang kafir.

Definisi:
Al-Wala' artinya loyalitas dan kecintaan. Wala’ adalah kata mashdar dari fi’il “waliya” yang artinya dekat. Yang dimaksud dengan wala’ di sini adalah dekat kepada kaum muslimin dengan mencintai mereka, membantu dan menolong mereka atas musuh-musuh mereka dan bertempat tinggal bersama mereka.

Al-Bara' artinya berlepas diri dan kebencian. Bara’ adalah mashdar dari bara’ah yang berarti memutus atau memotong. Seperti pada Al-Quran Surah ke-9; Bara'ah/At-Taubah ayat 1: "(Inilah pernyataan) pemutusan hubungan dari Allah dan Rasul-Nya (yang dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin (penyembah berhala) yang kamu (kaum muslimin) telah mengadakan perjanjian (dengan mereka), serta tidak tinggal bersama mereka. (60:4).

Maksudnya di sini ialah memutus hubungan atau ikatan hati dengan orang-orang non muslim, sehingga tidak lagi mencintai mereka, membantu dan menolong mereka.
Membantu dan menolong yang terlarang disini adalah di dalam membantu perbuatan kekafirannya, sedangkan menolong dalam hal kebaikan dan kemanusiaan bahkan Islam sangat menganjurkannya.

Urgensi:
Di antara tuntutan pernyataan iman tauhid adalah mencintai ahlinya yaitu para muwahhidin, serta memutuskan hubungan dengan para musuhnya yaitu kaum musyrikin. Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, RasulNya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). Dan barang-siapa mengambil Allah, RasulNya dan orang-orang yang beri-man menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang.” (Al-Maidah: 55-56)

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuhKu dan musuhmu menjadi teman-teman setia …” (Al-Mumtahanah: 1)

“Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain.” (Al-Anfal: 73)

“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.” (Al-Mujadilah: 22)

Kedudukan al-wala’ wal bara’ dalam Islam sangatlah penting, karena dia adalah tali iman yang paling kuat. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam: “Tali iman paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR. Ibnu Jarir)

Dan dengan al-wala’ wal bara’-lah kewalian dari Allah dapat tergapai. Diriwayatkan oleh Abdullah Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu: “Siapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi wala’ karena Allah dan memusuhi karena Allah maka sesungguhnya dapat diperoleh kewalian Allah hanya dengan itu. Dan seorang hamba itu tidak akan merasakan lezatnya iman, sekali pun banyak shalat dan puasanya, sehingga ia melakukan hal tersebut. Dan telah menjadi umum persaudaraan manusia berdasarkan kepentingan duniawi, yang demikian itu tidaklah bermanfaat sedikit pun bagi para pelakunya.” (HR. Thabrani dalam Al-Kabir)

Dari ayat dan hadits di atas menunjukkan tentang wajibnya loyalitas kepada orang-orang mukmin, dan berlepas diri dari orang-orang nonmuslim, serta menunjukkan bahwa loyal kepada sesama umat Islam adalah kebajikan yang amat besar, dan loyal kepada nonmuslim adalah bahaya besar.

Setiap muslim wajib berbuat adil terhadap setiap orang, sehingga Al-Bara' jangan disalahfahami sebagai alasan untuk berbuat sewenang-wenang terhadap orang di luar Islam. Islam adalah agama yang memberikan keadilan. Oleh karena itulah, Allah tidak melarang kaum muslimin untuk berbuat baik kepada orang kafir yang tidak memerangi kaum muslimin.

Allah tidaklah melarang kalian berbuat baik dan berbuat adil terhadap orang kafir yang tidak memerangi kalian karena agama dan tidak mengusir kalian dari kampung kalian. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat adil” (QS. Al Mumtahanah : 8)

Friday, May 27, 2016

Rise of Barbarosa Brothers

Pernah dengar tentang Barbarosa Brothers?

Dalam komik Asterik, ada bajak laut yang selalu sial. Dalam film Pirates Of Carribean juga ada bajak laut bengis. Itulah penggambaran negatif tentang Barbarosa Brothers.

Sebenarnya siapa sih mereka?

Begini ceritanya...
Islam pernah mengisi peradaban tingkat tinggi di Andalusia, kebudayaan, filsafat (sains) dan teknologi (terutama struktur dan arsitektur) lahir di wilayah jjjj semenanjung Iberia (Spanyol) tersebut. Thariq bin Ziyad yang membawa misi Islam diabadikan menjadi nama gunung di semenanjung tersebut, yaitu Jabal Thariq yang diucapkan orang barat menjadi Gibraltar (kini berada di bawah kekuasaan Inggris). Sebuah gunung di dekat selat yang menghubungkan samudera Atlantik dengan Laut Tengah. Bangsa barat (Eropa) tercengang dengan kemajuan Andalusia, Cordoba, Granada dan Sevilla setelah dipimpin Bani Abbasiyah pada tahun 756M. Umat Islam, Kristen dan Yahudi hidup rukun selama dua abad lebih di saat itu.

Pada masa itulah hidup dua orang bersaudara pelaut yang biasa berdagang di laut tengah melayari pesisir-pesisir Yunani dan Italia. Namanya Aruj dan Khayrudin. Sampai Eropa memasuki era Perang Salib. Suatu ketika kapal dagang mereka diserang sebuah kapal militer Spanyol bernama St. John Of Jerussalem (Knight Of Rhodes). 

Adik bungsu mereka tewas pada serangan itu. Ini melahirkan dendam dalam hati mereka. Mereka lalu memutuskan berhenti berdagang dan mulai merompaki kapal-kapal Spanyol baik kapal militer maupun kapal dagang.

Selama era Perang Salib, Eropa melancarkan misi Reconquista yaitu misi penaklukan kembali wilayah-wilayah Eropa. Satu persatu kota-kota dengan peradaban tinggi mulai jatuh, Lisboa, Merida, Cordoba, Valencia, Murcia, Sevilla dan puncaknya Granada jatuh pada tahun 1492M. Bangsa Moor di wilayah Andalusia tersebut terpaksa hengkang ke Afrika utara karena misi Reconquista dilanjutkan dengan misi inkuisisi yaitu pembersihan kaum muslim, sebagian murtad dan sebagian lagi bersembunyi di pegunungan. Misi ini memuncak ketika raja Ferdinand II dari Aragon menikah dengan ratu Isabella dari Castille, dan selanjutnya dikenal sebagai Ferdinand V dari Kastilia. Ferdinand merupakan seorang Khatolik yang fanatik. Kaum muslim dan Yahudi dibersihkan selama masa kepemimpinannya. Masjid Cordoba yang bertiang 1000 buah kini menjadi gereja, begitu pula Alhambra hanya tinggal kenangan. Reconquista diteruskan ke arah Afrika utara dan ke arah timur yang menjadi tujuan utama, yaitu tanah suci Jerusalem. 

Jatuhnya Andalusia merubah haluan misi dendam kedua bersaudara Barbarosa menjadi misi perjuangan. Bahu-membahu bersama sekelompok milisi bangsa Moor mereka melancarkan misi penyelamatan bangsa Moor dari Spanyol. Puluhan ribu bangsa Moor (bahkan yang mengungsi di pegunungan) berhasil ia selamatkan ke negeri-negeri Afrika utara seperti Maroko, Tunisia dan Aljazair, selain itu Aljazair dijadikan basis pertahanan lautnya. Basis ini mereka gunakan untuk menghadang gelombang serangan Pasukan Salib dari jalur Afrika Utara menuju Tanah Suci Palestina.
 
Ketika itulah nama Barbarosa sebagai pelaut yang menguasai laut tengah menemukan momentumnya. Reputasinya didengar Sultan Sulayman I. Sultan yang prihatin atas situasi genting yang dihadapi kaum Moor di Andalusia kemudian mengangkat mereka berdua menjadi Pemimpin Angkatan Laut Kekhalifahan Turki Utsmaniyah.

Pasca gugurnya Aruj menjadikan pimpinan armada laut Turki pindah ke Khairuddin dan Spanyol mengira era Barbarossa telah berakhir di Laut Tengah. Spanyol mengirim 20.000 tentaranya ke Aljazair, pertempuran hebat terjadi, namun Khairuddin berhasil mengalahkan pasukan laut tersebut. Ia sadar terlalu banyak ancaman dari negeri sekelilingnya selain ancaman utama Spanyol, hingga akhirnya Khairuddin meminta melalui Aljazair supaya Amir Tunisia dan Tlemcen dialihkan kekuasaannya atas nama daulat Utsmani Turki, mereka pun setuju, hingga pada tahun 1519 Turki mengangkat Khairuddin sebagai beylerbey (Bakler Baik) atau wakil Turki di Aljazair dan memimpin pasukan Janissary, pasukan khusus militer Turki. (Dari berbagai sumber)