Friday, August 18, 2017

BANJIR BESAR


Do’a Nabi Nuh Mengadukan Perihal Ummatnya Kepada Allah
Maka ketika Nabi Nuh telah mengeluarkan semua kemampuan dan daya upayanya, namun kaumnya tidak mau mengambil petunjuk  yang dibawanya,  maka beliau bersimpuh di hadapan Allah mengadukan kedurhakaan kaumnya.
قال نوح رب إنهم عصوني واتبعوا من لم يزده ماله وولده إلا خسارا . ومكروا مكرا كبارا . وقالوا لا تذرن آلهتكم ولا تذرن ودا ولا سواعا ولا يغوث ويعوق ونسرا . وقد أضلوا كثيرا ولا تزد الظالمين إلا ضلالا . مما خطيئاتهم أغرقوا فأدخلوا نارا فلم يجدوا لهم من دون الله أنصارا . وقال نوح رب لا تذر على الأرض من الكافرين ديارا . إنك إن تذرهم يضلوا عبادك ولا يلدوا إلا فاجرا كفارا . رب اغفر لي ولوالدي ولمن دخل بيتي مؤمنا وللمؤمنين والمؤمنات ولا تزد الظالمين إلا تبارا .
Nuh berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakai-ku, dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka, dan melakukan tipu-daya yang amat besar". Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwaa`, yaghuts, ya`uq dan nasr". Dan sesudahnya mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia); dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang dzalim itu selain kesesatan. Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah. Nuh berkata: "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir. Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang dzalim itu selain kebinasaan". (QS Nuh[71] : 21-28). 
Nabi Nuh berdoa kepada Allah untuk melenyapkan orang kafir dari permukaan bumi, dan tidak menyisakan satu pun dari mereka. Karena jika ada yang tertinggal, maka mereka akan menyebarluaskan kesesatan dan perbuatan dosa.[1]
Nabi Nuh Membuat Kapal
Allah mengabulkan do’anya, dan memerintahkan Nabi Nuh untuk menyiapkan sarana untuk keselamatan kaumnya yang beriman, yaitu sebuah kapal yang cukup besar.
واصنع الفلك بأعيننا ووحينا ولا تخاطبني في الذين ظلموا إنهم مغرقون.
Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang yang dzalim itu; sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. (QS Huud [71] : 37)
فأوحينا إليه أن اصنع الفلك بأعيننا ووحينا فإذا جاء أمرنا وفار التنور فاسلك فيها من كل زوجين اثنين وأهلك إلا من سبق عليه القول منهم ولا تخاطبني في الذين ظلموا إنهم مغرقون
Lalu Kami wahyukan kepadanya : “Buatlah bahtera di bawah penilikan dan petunjuk Kami, maka apabila perintah Kami telah datang dan ‘tannur’ telah memancarkan air, maka masukkanlah ke dalam bahtera itu sepasang dari tiap-tiap (jenis), dan (juga) keluargamu, kecuali orang yang telah lebih dahulu ditetapkan (akan ditimpa azab) di antara mereka. Dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim, karena sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.(QS. Al-Mukminun [23]: 27)
Kapal itu dibuat berdasarkan wahyu dan petunjuk Allah swt. Maksudnya Allah mengajari Nabi Nuh teknik membuat kapal, karena peradaban manusia ketika itu belum dapat membangun kapal.[2]
Kontruksi utamanya tersusun oleh susunan kayu dari species pohon purba yg memang sudah tidak bisa ditemui lagi didunia ini alias sudah punah. Pengukuran obyek yang ditandai mempunyai altitude 7.546 kaki dengan panjang dari bahtera kurang lebih 500 kaki,83 kaki lebar,dan 50 kaki tinggi.[3] Ada juga Para Pengkaji berpendapat,”Noah Ark” berukuran lebih luas dari sebuah lapangan sepak bola.
Luas pada bagian dalamnnya cukup untuk menampung ratusan ribu manusia. Jarak dari satu tingkat ke satu tingkat lainnya ialah 12 hingga ke 13 kaki. Sebanyak kurang lebih ribuan sampai pulahan ribu balak kayu digunakan untuk membangunnya. [4]
Totalnya,terdapat kurang lebih ratusan ribu manusia dan hewan dari berbagai species yang ikut menaiki bahtera ini. Mengikuti kajian dari Dr.Whitcomb, kira2 terdiri 3.700 binatang mamalia, 8.600 jenis itik/burung, 6300 jenis reptilia, 2500 jenis amfibia yg menaiki The Great Noah Ark tersebut, sisanya adalah para kaum Nabi Nuh yang percaya akan ajaran yang dibawanya. Total berat kargo/muatan bahtera itu keseluruhan mungkin mencapai kurang lebih 24,300 ton.[5]
Allah melarang membicarakan perihal pembangunan kapal itu dengan orang-orang yang berbuat dosa dan kerusakan itu karena mereka itu akan ditinggalkan.[6] Dengan kata lain Allah melarang untuk berbelas kasihan kepada orang-orang kafir karena mereka akan ditenggelamkan.[7]
Pembuatan kapal inipun merupakan ujian kesabaran bagi Nabi Nuh dan orang-orang yang beriman berasamanya, karena kota tempat tinggal Nabi Nuh dan kaumnya itu jauh dari sungai apalagi laut. Mereka mengatakan, “Apakah akan engkau tarik perahumu itu dengan lembu atau akan engkau terbangkan di udara?”[8]
Para pemimpin kaumnya mengatakan, “Wahai Nuh, kemarin engkau adalah nabi, dan sekarang engkau berubah menjadi tukang kayu?”[9] Mereka pun berkumpul dan bersama-sama mengejek pekerjaan Nabi Nuh dan orang-orang beriman.
Keadaan Dan Kronologi Banjir
Setelah Nabi Nuh selesai membuat kapal, tampaklah tanda-tanda akan datangnya adzab, yakni memancarnya air dari tanah. Allah memerintahkan Nabi Nuh mengumpulkan semua jenis tumbuhan dan hewan-hewan, masing-masing sepasang (jantan dan betina) untuk dibawa ke dalam kapal saat banjir besar tiba yang memusnahkan kehidupan, supaya bisa dijadikan bibit kehidupan lagi setelah banjir surut.
حتى إذا جاء أمرنا وفار التنور قلنا احمل فيها من كل زوجين اثنين وأهلك إلا من سبق عليه القول ومن آمن وما آمن معه إلا قليل .وقال اركبوا فيها بسم الله مجراها ومرساها إن ربي لغفور رحيم
Hingga apabila perintah Kami datang dan ‘dapur’(permukaan bumi yang memancarkan air hingga meneyebabkan timbulnya taufan) telah memancarkan air, Kami berfirman: “Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman”. Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit. Dan Nuh berkata: “Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS Huud [11]: 40-41)
Adapun maksud dari farwan at tanuur, menurut pandangan jumhur mufassirin adalah terbelahnya tanah di seluruh penjuru bumi, sehingga terpancarlah air dari padanya, itulah tanda bagi kaum mukminin menaiki kapal, karena akan segera terjadi taufan dan banjir.[10]
Kemudian Allah menurunkan hujan lebat yang belum pernah terjadi sebelumnya sehingga bertemulah air-air dari atas bumi dan dari dasar bumi.
ففتحنا أبواب السماء بماء منهمر . وفجرنا الأرض عيونا فالتقى الماء على أمر قد قدر . وحملناه على ذات ألواح ودسر.
Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air maka bertemulah air-air itu untuk satu urusan yang sungguh telah ditetapkan. Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku. (QS. Al-Qamar[54]: 11-13)
Jadi banjir besar itu terjadi karena gabungan curah hujan yang amat deras dan pancaran air dari bumi yang terbelah di setiap penjurunya. Betapa besarnya jumlah debit airnya. Maka air menggenangi dataran tinggi apalagi yang rendah, menenggelamkan rumah-rumah dan bangunan. Manusia bingung kalang kabut berlarian mencari perlindungan tempat yang tinggi. Ada yang naik ke atap-atap, bukit-bukit atau pohon-pohon yang tinggi tapi semuanya tenggelam jua.
Isteri Dan Anak Beliau Termasuk Yang Dibinasakan
Tentang istri Nabi Nuh, Al-Qur’an telah menjadikannya sebuah perumpamaan bagi umat Islam di masa sekarang dan akan datang. Firman Allah SWT:
ضرب الله مثلا للذين كفروا امرأة نوح وامرأة لوط كانتا تحت عبدين من عبادنا صالحين فخانتاهما فلم يغنيا عنهما من الله شيئا وقيل ادخلا النار مع الداخلين
“Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), Maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): "Masuklah ke dalam Jahannam bersama orang-orang yang masuk (jahannam)". (QS. At-Tahrim [66]: 10).
Anak beliau pun, Kan’an yang akhirnya termasuk orang-orang kafir yang tenggelam. Padahal Nabi Nuh sudah berusaha memohon kepada Allah, agar anaknya diselamatkan. Namun Allah tidak memperkenankan doanya dan mengatakan bahwa ia (Kan’an) termasuk orang kafir. Allah melarang Nabi Nuh untuk memohon sesuatu permintaan kecuali dia yakin bahwa permintaannya itu baik dan benar. Hal ini diceritakan oleh Allah dalam Al-Qur’an:
ونادى نوح ربه فقال رب إن ابني من أهلي وإن وعدك الحق وأنت أحكم الحاكمين . قال يا نوح إنه ليس من أهلك إنه عمل غير صالح فلا تسألن ما ليس لك به علم إني أعظك أن تكون من الجاهلين . قال رب إني أعوذ بك أن أسألك ما ليس لي به علم وإلا تغفر لي وترحمني أكن من الخاسرين.
“dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya anakku Termasuk keluargaku, dan Sesungguhnya janji Engkau Itulah yang benar. dan Engkau adalah hakim yang seadil-adilnya." Allah berfirman: "Hai Nuh, Sesungguhnya Dia bukanlah Termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), Sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan Termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan." Nuh berkata: Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakekat)nya. dan Sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaKu, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaKu, niscaya aku akan Termasuk orang-orang yangmerugi." (QS. Hud [11]: 45-47).



[1] ‘Afif Abdul Fattah Thabarah, Ma’a al Anbiya’ fi Al Qur’an al Karim,Darul ‘Ilmi, Beyrut, 1981, h.68.
[2] Muhammad Ali Ash Shabuny, op.cit. h.141.
[3] http://risalahrasul.wordpress.com/2008/10/19/penemuan-kapal-nabi-nuh-as/
[4] Ibid.
[5] Ibid.
[6] Ibid, h.141.
[7] Afif Abdul Fattah Thabarah, op.cit, h.69.
[8] BeyArifin, op.cit, h.47.
[9] Muhammad Ali Ash Shabuny, op.cit, h. 141.
[10] Muhmmad Ali Ash Shobuny, Ibid,h.142.

Ilmu Sejarah dan Kegunaannya

1. Sejarah sebagai Ilmu

Sejarah dikatakan sebagai ilmu karena merupakan pengetahuan masa lampau yang disusun secara sistematis dengan metode kajian secara ilmiah untuk mendapatkan kebenaran mengenai peristiwa masa lampau. Sebagaimana dijelaskan Mohammad Nazir, sejarah adalah pengetahuan yang tepat terhadap apa yang telah terjadi. Sejarah adalah deskripsi yang terpadu dari keadaan-keadaan atau fakta-fakta masa lampau yang tertulis berdasarkan penelitian serta studi yang kritis untuk mencari kebenaran.[1]

Oleh karena itu, sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan harus dibuktikan secara keilmuan dengan menggunakan metode-metode dan berbagai standar ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Kebenaran itu dapat dibuktikan dari dokumen yang telah diuji sehingga dapat dipercaya sebagai suatu fakta sejarah. Sejarah dianggap sebagai ilmu sebab sejarah memiliki syarat-syarat ilmu, antara lain ada masalah yang menjadi objek, ada metode, tersusun secara sistematis, menggunakan pemikiran yang rasional, dan kebenaran bersifat objektif.

Jika melihat hal tersebut, sejarah sebagai ilmu dapat memenuhinya, dikarenakan:  objek kajian sejarah ialah kejadian-kejadian di masa lalu yang merupakan sebab akibat; adanya metode sejarah yang menghubungkan bukti-bukti sejarah; kisah sejarah tersusun secara sistematis dan kronologis; kebenaran fakta diperoleh dari penelitian sumber yang disusun secara rasional dan kritik (penilaian) yang sistematis; fakta bersifat subjektif karena tiap orang melihat masa lampau dengan cara yang berbeda. Kebenaran hanya "milik" peristiwa ini sendiri.

2.  Kegunaan Sejarah

Dalam perspektif Al Qur’an kisah-kisah masa lampau yang diceritakan di dalamnya, mengandung ibrah  atau pembelajaran atau proses mengambil pelajaran yang baik dari sejarah orang-orang di masa lalu oleh orang-orang di masa kini.

لقد كان في قصصهم عبرة لأولي الألباب ما كان حديثا يفترى ولكن تصديق الذي بين يديه وتفصيل كل شيء وهدى ورحمة لقوم يؤمنون

Artinya:Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.  (QS Yusuf 111).

Di tengah masyarakat yang luas, sejarah mempunyai arti dan kegunaan sosial, yaitu memberi kegunaan edukatif (pelajaran), kegunaan yang menimbulkan inspirasi (ilham), dan fungsi rekreatif (rasa yang menyenangkan).

2.1. Kegunaan edukatif (sebagai pelajaran)

Mempelajari sejarah berarti belajar dari pengalaman yang pernah dilakukan masyarakat, baik pada masa sekarang atau masyarakat sebelumnya.[2] Keberhasilan di masa lampau akan dapat memberi pengalaman pada masa sekarang. Sebaliknya, kesalahan masyarakat di masa lampau akan menjadi pelajaran berharga yang harus diwaspadai di masa kini.

Bung Karno menjelaskan dalam Pidato beliau pada Hari Ulang Tahun Proklamasi VI[3] sebagai berikut,

Dari mempelajari sejarah orang bisa menemukan hukum-hukum yang menguasai kehidupan manusia. Salah satu hukum itu ialah : bahwa tidak ada bangsa bisa menjadi besar zonder kerja. Terbukti dalam sejarah segala zaman, bahwa kebesaran bangsa dan kemakmuran tidak pernah jatuh gratis dari langit. Kebesaran bangsa dan kemakmuran selalu “kristalisasi” keringat. Ini adalah hukum, yang kita temukan dari mempelajari sejarah.

Dengan belajar sejarah kita juga dapat berbuat bijaksana untuk menghadapi masa depan (ingat belajar sejarah akan bijaksana lebih dahulu). Maksudnya kesalahan pada masa lalu dapat dihindarkan dan kebaikan pada masa lalu dapat ditiru dan dimodifikasi untuk pengembangan. Oleh karena itu, belajarlah dari sejarah karena sejarah dapat mengajarkan kita apa yang telah dilakukan sebelumnya.

2.2. Kegunaan inspiratif

Berbagai kisah sejarah yang terjadi memberikan inspirasi bagi pembaca atau pendengarnya.[4] Kisah-kisah perjuangan yang membuahkan hasil setelah mengalami banyak kesulitan dan penderitaan, akan membangkitkan semangat generasi sekarang untuk berjuang dan percaya kepada hasil yang akan dicapainya. Begitu pula kisah-kisah kegagalan, memberikan peringatan untuk menghindarinya, mengevaluasi dan memodifikasinya menjadi keberhasilan.

2.3. Kegunaan rekreatif

Kisah-kisah sejarah dapat memberikan hiburan yang segar. Dengan gaya penulisan yang komunikatif sejarah dapat memberikan kesenangan. Maka pembaca sejarah berekreasi tanpa beranjak dari tempat. Karena bukan hanya terhibur oleh bacaan seperti membaca novel, pembaca sejarah juga dapat menyaksikan peristiwa-peristiwa yang telah lampau di tempat-tempat yang dekat dan yang jauh.[5]

Proses rekreasi terhadap berbagai peristiwa di masa lampau memungkinkan orang membuat perbandingan-perbandingan dari berbagai macam situasi dalam ruang dan waktu yang berbeda. Peristiwa lampau memang sudah berlalu, tetapi situasi masa kini adalah akibat dari situasi yang terjadi pada masa lampau.[6] Dengan demikian sejarah dapat membuat orang bercermin diri,  bukan hanya bagi dirinya tetapi juga bagi masyarakatnya.



[1] Mohammad Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Bogor, 2009, h. 48.
[2] Hariyono, Mempelajari Sejarah Secara Efaktif, op.cit, hal. 192.
[3] Ahmad Manshur Suryanegara, Menemukan Sejarah, op.cit, hal. 20.
[4] Hariyono, ibid, hal. 193.
[5] Hariyono, Ibid, hal.195.
[6] Hariyono, Ibid, hal.196.