Do’a Nabi Nuh Mengadukan
Perihal Ummatnya Kepada Allah
Maka ketika Nabi Nuh telah mengeluarkan semua kemampuan dan
daya upayanya, namun kaumnya tidak mau mengambil petunjuk yang dibawanya, maka beliau bersimpuh di hadapan Allah
mengadukan kedurhakaan kaumnya.
قال نوح رب إنهم عصوني واتبعوا
من لم يزده ماله وولده إلا خسارا . ومكروا مكرا كبارا . وقالوا لا تذرن آلهتكم ولا
تذرن ودا ولا سواعا ولا يغوث ويعوق ونسرا . وقد أضلوا كثيرا ولا تزد الظالمين
إلا ضلالا . مما خطيئاتهم أغرقوا فأدخلوا نارا فلم يجدوا
لهم من دون الله أنصارا . وقال نوح رب لا تذر على الأرض من الكافرين ديارا . إنك إن تذرهم يضلوا عبادك ولا
يلدوا إلا فاجرا كفارا . رب اغفر لي ولوالدي ولمن دخل بيتي مؤمنا وللمؤمنين
والمؤمنات ولا تزد الظالمين إلا تبارا .
Nuh berkata: "Ya Tuhanku,
sesungguhnya mereka telah mendurhakai-ku, dan telah mengikuti orang-orang yang
harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka, dan
melakukan tipu-daya yang amat besar". Dan mereka berkata: "Jangan
sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula
sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwaa`,
yaghuts, ya`uq dan nasr". Dan sesudahnya mereka telah menyesatkan
kebanyakan (manusia); dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang
dzalim itu selain kesesatan. Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka
ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat
penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah. Nuh berkata: "Ya Tuhanku,
janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di
atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan
menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang
berbuat maksiat lagi sangat kafir. Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku,
orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman
laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang
dzalim itu selain kebinasaan". (QS Nuh[71] : 21-28).
Nabi Nuh berdoa kepada Allah untuk melenyapkan orang kafir
dari permukaan bumi, dan tidak menyisakan satu pun dari mereka. Karena jika ada
yang tertinggal, maka mereka akan menyebarluaskan kesesatan dan perbuatan dosa.[1]
Nabi Nuh
Membuat Kapal
Allah mengabulkan do’anya, dan memerintahkan Nabi Nuh untuk
menyiapkan sarana untuk keselamatan kaumnya yang beriman, yaitu sebuah kapal
yang cukup besar.
واصنع الفلك بأعيننا ووحينا ولا تخاطبني في الذين ظلموا
إنهم مغرقون.
Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan
dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang
yang dzalim itu; sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. (QS Huud [71] : 37)
فأوحينا إليه أن اصنع الفلك
بأعيننا ووحينا فإذا جاء أمرنا وفار التنور فاسلك فيها من كل زوجين اثنين وأهلك إلا
من سبق عليه القول منهم ولا تخاطبني في الذين ظلموا إنهم مغرقون
Lalu Kami wahyukan kepadanya : “Buatlah
bahtera di bawah penilikan dan petunjuk Kami, maka apabila perintah Kami telah
datang dan ‘tannur’ telah memancarkan air, maka masukkanlah ke dalam bahtera
itu sepasang dari tiap-tiap (jenis), dan (juga) keluargamu, kecuali orang yang
telah lebih dahulu ditetapkan (akan ditimpa azab) di antara mereka. Dan
janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim, karena
sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.(QS. Al-Mukminun [23]: 27)
Kapal itu dibuat berdasarkan wahyu dan petunjuk Allah swt.
Maksudnya Allah mengajari Nabi Nuh teknik membuat kapal, karena peradaban
manusia ketika itu belum dapat membangun kapal.[2]
Kontruksi utamanya tersusun oleh susunan kayu dari species
pohon purba yg memang sudah tidak bisa ditemui lagi didunia ini alias sudah
punah. Pengukuran obyek yang ditandai mempunyai altitude 7.546 kaki dengan panjang
dari bahtera kurang lebih 500 kaki,83 kaki lebar,dan 50 kaki tinggi.[3]
Ada juga Para Pengkaji berpendapat,”Noah Ark” berukuran lebih luas dari sebuah
lapangan sepak bola.
Luas pada bagian dalamnnya cukup untuk menampung ratusan
ribu manusia. Jarak dari satu tingkat ke satu tingkat lainnya ialah 12
hingga ke 13 kaki. Sebanyak kurang lebih ribuan sampai pulahan ribu balak kayu
digunakan untuk membangunnya. [4]
Totalnya,terdapat kurang lebih ratusan ribu manusia dan hewan
dari berbagai species yang ikut menaiki bahtera ini. Mengikuti kajian dari
Dr.Whitcomb, kira2 terdiri 3.700 binatang mamalia, 8.600 jenis itik/burung, 6300
jenis reptilia, 2500 jenis amfibia yg menaiki The Great Noah Ark tersebut, sisanya
adalah para kaum Nabi Nuh yang percaya akan ajaran yang dibawanya. Total berat
kargo/muatan bahtera itu keseluruhan mungkin mencapai kurang lebih 24,300 ton.[5]
Allah melarang membicarakan perihal pembangunan kapal itu
dengan orang-orang yang berbuat dosa dan kerusakan itu karena mereka itu akan
ditinggalkan.[6]
Dengan kata lain Allah melarang untuk berbelas kasihan kepada orang-orang kafir
karena mereka akan ditenggelamkan.[7]
Pembuatan kapal inipun merupakan ujian kesabaran bagi Nabi
Nuh dan orang-orang yang beriman berasamanya, karena kota tempat tinggal Nabi
Nuh dan kaumnya itu jauh dari sungai apalagi laut. Mereka mengatakan, “Apakah
akan engkau tarik perahumu itu dengan lembu atau akan engkau terbangkan di
udara?”[8]
Para pemimpin kaumnya mengatakan, “Wahai Nuh, kemarin engkau
adalah nabi, dan sekarang engkau berubah menjadi tukang kayu?”[9]
Mereka pun berkumpul dan bersama-sama mengejek pekerjaan Nabi Nuh dan
orang-orang beriman.
Keadaan Dan
Kronologi Banjir
Setelah Nabi Nuh selesai membuat kapal, tampaklah tanda-tanda
akan datangnya adzab, yakni memancarnya air dari tanah. Allah memerintahkan
Nabi Nuh mengumpulkan semua jenis tumbuhan dan hewan-hewan, masing-masing
sepasang (jantan dan betina) untuk dibawa ke dalam kapal saat banjir besar tiba
yang memusnahkan kehidupan, supaya bisa dijadikan bibit kehidupan lagi setelah
banjir surut.
حتى إذا جاء أمرنا وفار التنور
قلنا احمل فيها من كل زوجين اثنين وأهلك إلا من سبق عليه القول ومن آمن وما آمن معه
إلا قليل .وقال اركبوا فيها بسم الله مجراها ومرساها إن ربي لغفور رحيم
Hingga apabila perintah Kami datang dan ‘dapur’(permukaan
bumi yang memancarkan air hingga meneyebabkan timbulnya taufan) telah
memancarkan air, Kami berfirman: “Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari
masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali
orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang
yang beriman”. Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit. Dan
Nuh berkata: “Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di
waktu berlayar dan berlabuhnya. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang”.
(QS Huud [11]: 40-41)
Adapun maksud dari farwan at tanuur, menurut pandangan
jumhur mufassirin adalah terbelahnya tanah di seluruh penjuru bumi, sehingga
terpancarlah air dari padanya, itulah tanda bagi kaum mukminin menaiki kapal,
karena akan segera terjadi taufan dan banjir.[10]
Kemudian Allah menurunkan hujan lebat yang belum pernah
terjadi sebelumnya sehingga bertemulah air-air dari atas bumi dan dari dasar
bumi.
ففتحنا أبواب السماء بماء منهمر . وفجرنا الأرض عيونا فالتقى
الماء على أمر قد قدر . وحملناه على ذات ألواح ودسر.
Maka Kami bukakan pintu-pintu langit
dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata
air-mata air maka bertemulah air-air itu untuk satu urusan yang sungguh telah
ditetapkan. Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan
paku.
(QS. Al-Qamar[54]: 11-13)
Jadi banjir besar itu terjadi karena gabungan curah hujan
yang amat deras dan pancaran air dari bumi yang terbelah di setiap penjurunya.
Betapa besarnya jumlah debit airnya. Maka air menggenangi dataran tinggi
apalagi yang rendah, menenggelamkan rumah-rumah dan bangunan. Manusia bingung
kalang kabut berlarian mencari perlindungan tempat yang tinggi. Ada yang naik
ke atap-atap, bukit-bukit atau pohon-pohon yang tinggi tapi semuanya tenggelam
jua.
Isteri Dan
Anak Beliau Termasuk Yang Dibinasakan
Tentang istri Nabi Nuh, Al-Qur’an telah menjadikannya sebuah
perumpamaan bagi umat Islam di masa sekarang dan akan datang. Firman Allah SWT:
ضرب الله مثلا للذين كفروا
امرأة نوح وامرأة لوط كانتا تحت عبدين من عبادنا صالحين فخانتاهما فلم يغنيا عنهما
من الله شيئا وقيل ادخلا النار مع الداخلين
“Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth
sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. keduanya berada di bawah pengawasan
dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba kami; lalu kedua isteri itu
berkhianat kepada suaminya (masing-masing), Maka suaminya itu tiada dapat
membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya):
"Masuklah ke dalam Jahannam bersama orang-orang yang masuk
(jahannam)". (QS.
At-Tahrim [66]: 10).
Anak beliau pun, Kan’an yang akhirnya termasuk
orang-orang kafir yang tenggelam. Padahal Nabi Nuh sudah berusaha memohon
kepada Allah, agar anaknya diselamatkan. Namun Allah tidak memperkenankan
doanya dan mengatakan bahwa ia (Kan’an) termasuk orang kafir. Allah melarang
Nabi Nuh untuk memohon sesuatu permintaan kecuali dia yakin bahwa permintaannya
itu baik dan benar. Hal ini diceritakan oleh Allah dalam Al-Qur’an:
ونادى نوح ربه فقال رب إن ابني
من أهلي وإن وعدك الحق وأنت أحكم الحاكمين . قال يا نوح إنه ليس من أهلك
إنه عمل غير صالح فلا تسألن ما ليس لك به علم إني أعظك أن تكون من الجاهلين . قال رب إني أعوذ بك أن أسألك
ما ليس لي به علم وإلا تغفر لي وترحمني أكن من الخاسرين.
“dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil
berkata: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya anakku Termasuk keluargaku, dan
Sesungguhnya janji Engkau Itulah yang benar. dan Engkau adalah hakim yang
seadil-adilnya." Allah berfirman: "Hai Nuh, Sesungguhnya Dia bukanlah
Termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), Sesungguhnya
(perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. sebab itu janganlah kamu memohon
kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya aku
memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan Termasuk orang-orang yang tidak
berpengetahuan." Nuh berkata: Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku berlindung
kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui
(hakekat)nya. dan Sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaKu, dan (tidak)
menaruh belas kasihan kepadaKu, niscaya aku akan Termasuk orang-orang
yangmerugi."
(QS. Hud [11]: 45-47).
[1]
‘Afif Abdul Fattah Thabarah, Ma’a al Anbiya’ fi Al Qur’an al Karim,Darul
‘Ilmi, Beyrut, 1981, h.68.
[2]
Muhammad Ali Ash Shabuny, op.cit. h.141.
[3]
http://risalahrasul.wordpress.com/2008/10/19/penemuan-kapal-nabi-nuh-as/
[4]
Ibid.
[5]
Ibid.
[6]
Ibid, h.141.
[7]
Afif Abdul Fattah Thabarah, op.cit, h.69.
[8]
BeyArifin, op.cit, h.47.
[9]
Muhammad Ali Ash Shabuny, op.cit, h. 141.
[10]
Muhmmad Ali Ash Shobuny, Ibid,h.142.