Monday, March 26, 2018

Fadhilah Amar Ma'ruf Nahy Mungkar

Boleh Wahyu B Prasojo

Mengajak manusia untuk melakukan kebaikan atau menyeru orang lain untuk melaksanakan perintah Allah SWT adalah suatu pekerjaan yang amat mulia, bahkan di dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu SWT meyebutkan bahwa orang yang melakukan aktifitas tersebut adalah orang yang perkataannya paling baik (Ahsanu Qaulan).Allah  SWT berfirman,
 ومن أحسن قولا ممن دعا إلى الله وعمل صالحا وقال إنني من المسلمين
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang menyerah diri “.  (Q.S. Fushshilat [41] : 33).
Keutamaan lainnya amar ma’ruf nahy munkar amatlah banyak, tersebutkan dalam Al Qur’an dan As Sunnah, diantaranya : Allah Ta’ala berfirman,
والعصر إن الإنسان لفي خسر إلا الذين آمنوا وعملوا الصالحات وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al Ashr :1-3).
Maka orang-orang yang beruntung ialah mereka yang beriman kepada Allah baik sebagai Rabb Pencipta alam semesta, maupun sebagai Ilah yang berhak diibadahi semata, dan beramal shalih yaitu amal yang dikerjakan ikhlas karena Allah semata, dan sesuai dengan petunjuk Nabishallallaahu ‘alaihi wa sallam, kemudian bersegera dalam menyempurnakan dan memperbaiki orang lain dengan menyeru manusia kepada al haq, yaitu setiap yang disyariatkan oleh Allah, kemudian bersabar di atas al haq tersebut, baik bersabar ketika mengerjakan ketaatan, bersabar dalam menjauhi keburukan, dan bersabar ketika ditimpa musibah.
Rasulullah saw pernah bersabda,
انْفُذْ عَلَى رِسْلِكَ حَتَّى تَنْزِلَ بِسَاحَتِهِمْ، ثُمَّ ادْعُهُمْ إِلَى الإِسْلاَمِ، وَأَخْبِرْهُمْ بِمَا يَجِبُ عَلَيْهِمْ مِنْ حَقِّ اللَّهِ فِيهِ، فَوَاللَّهِ لَأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ بِكَ رَجُلًا وَاحِدًا، خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ»
Arttinya, “Berjalanlah dengan tenang, sampai kamu tiba di sekitar wilayah mereka. Lalu serulah mereka untuk masuk Islam dan kabarkan kepada mereka hak Allah yang wajib mereka tunaikan. Demi Allah, apabila Allah menunjuki seorang saja melalui dakwahmu itu lebih baik bagimu daripada kamu memiliki onta-onta merah.”
Hadits ini menjelaskan keutamaan dakwah kepada Allah Ta’ala, yaitu bahwasanya menunjuki seseorang kepada Islam jauh lebih baik pahalanya daripada harta dan perbendaharaan dunia yang paling baik sekalipun, yang dalam hadits tersebut diungkapkan dengan unta merah. Syaikh Muhammad Fuad Abdul Baqy menjelaskan bahwa onta merah oleh kaum Quraisy digunakan untuk mengungkapkan harta benda yang paling berharga, karena tidak ada lagi onta yang lebih mahal darinya.
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى، كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ، لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا، وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ، كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ، لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
Artinya, Dari Abu Hurayrah, bahwa Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka baginya pahala semisal dengan orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi sedikitpun pahala yang diperoleh orang tersebut. Dan barangsiapa yang menyeru kepada kesesatan, baginya dosa seperti dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa orang itu sedikitpun” (HR. Muslim).

Sunday, March 4, 2018

Metode Amar Ma'ruf Navy Munkar

oleh Wahyu B Prasojo

Ahmad Mubarok berpendapat bahwa Ma’ruf adalah sesuatu yang secara social dipandang memiliki kepantasan. Ia adalah sesuatu tentang bagaimana cara menegakkan keadilan dan kejujuran, atau bagaimana caranya berbakti kepada orang tua, atau menolong orang yang lemah. Secara bahasa al ma’ruf artinya sesuatu yang diketahui, yang kemudian diartikan sebagai kebaikan. Bahwa pada dasarnya (fitrah) manusia mengetahui nilai-nilai kepantasan, kepatutan yang secara social dipandang sebagai kebaikan.
Oleh karena itu, Imam Az Zamakhsyari menyebutkan syarat melakukan amar ma’ruf nahi mungkar sebagai berikut:
لا يصلح له إلا من علم المعروف والمنكر، وعلم كيف يرتب الأمر في إقامته وكيف يباشر
Hendaklah ia memahami dengan jelas tentang yang ma’ruf dan yang munkar dan mengetahui bagaimana menata urusan-urusan yang berkaitan dengannya dan cara menyampaikannya.
Secara lebih humanis, Imam Sufyan ats Tsauri melarang melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar kecuali bagi orang yang memiliki tiga sifat “
رَفِيقٌ بِمَا يَأْمُرُ، رَفِيقٌ بِمَا يَنْهَى، عَدْلٌ بِمَا يَأْمُرُ، عَدْلٌ بِمَا يَنْهَى، عَالِمٌ بِمَا يَأْمُرُ، عَالِمٌ بِمَا يَنْهَى”
kasih sayang dalam sesuatu yang ia perintahkan dan ia larang, berlaku adil dalam sesuatu yang ia perintahkan dan ia larang, dan memiliki pengetahuan tentang sesuatu yang ia perintahkan dan ia larang.
Imam Al Baydhowy memberi syarat bagi pelaksana amar ma’ruf nahi munkar sebagai berikut:
العلم بالأحكام ومراتب الاحتساب وكيفية إقامتها والتمكن من القيام بها
Yaitu:
1. Mengetahui hukum-hukum,
2. Mengetahui tahapan-tahapan memberi peringatan,
3. Mengetahui tata cara melaksanakan peringatan,
4.   Memiliki kemampuan membudayakan nilai-nilai (Islam).
Syarat-syarat ini dapat juga difahami sebagai acuan langkah-langkah dan tahapan pelaksanaan amar ma’ruf nahy munkar. Ini sejalan dengan pandangan Adh Dhahak di atas, bahwa menyampaikan kebenaran dan mencegah kemungkaran itu, mesti dilakukan dengan cara yang baik (ma’ruf). Jangan sampai mencegah kemungkaran justru menimbulkan kemungkaran lain yang lebih besar bahayanya.
Maka seorang da’i hendaklah memperlakukan objek dakwahnya secara baik, santun, lemah lembut, penuh kasih sayang, arif dan bijaksana. Seorang da’i hendaknya senantiasa mengharapkan kebaikan bagi mad’unya. Bukan Sebaliknya -- meminjam istilah Jum’ah Amin Abdul Aziz --, “mendorong pelaku maksiat masuk neraka.” Yaitu dengan mengesankan bahwa seolah-olah pintu taubat telah tertutup bagi pelaku maksiat itu, sehingga membuatnya putus asa dari rahmat dan ampunan Allah.
Allah SWT telah menggambarkan bagaimana Rasulullah SAW mendakwahi kaumnya. Allah SWT berfirman :
فبما رحمة من الله لنت لهم ولو كنت فظا غليظ القلب لانفضوا من حولك فاعف عنهم واستغفر لهم وشاورهم في الأمر فإذا عزمت فتوكل على الله إن الله يحب المتوكلين
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya “  ( Q.S. Ali Imran[3] : 159)