Thursday, February 25, 2016

Peranan Pemuda Dalam Perjuangan Kemerdekaan Nasional
Oleh: Wahyu Bhekti Prasojo
Masa muda adalah suatu periode usia yang memiliki kelebihan tersendiri. Pemuda mempunyai kekuatan yang lebih secara fisik dan semangat bila dibanding dengan anak kecil atau orang-orang jompo. Oleh karena itu sejak dulu hingga sekarang adalah pilar kebangkitan ummat. Al Qur’an mensinyalir hal ini dalam menceritakan tentang ashabul kahfi, sebagai berikut:
نحن نقص عليك نبأهم بالحق إنهم فتية آمنوا بربهم وزدناهم هدى
Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk; (QS Al Kahfi: 13).
Dimana saja, di negara mana saja kemerdekaan tak pernah luput dari peran pemuda. Karena pemudalah yang paling bersemangat dan ambisius memperjuangkan perubahan. Banyak pemuda berbaris dalam gerakan Rasulullah memperjuangkan kemerdekaan hakiki dari penjajahan kemusyrikan. Tidak sedikit dari mereka yang memegang tugas penting dalam dakwah Islam. Kita mengenal Mushaib bin Umair, Duta Islam pertama, pembawa risalah Islam kepada penduduk Yatsrib (Madinah). Adalah seorang remaja Quraisy terkemuka.[1] Kita juga tentu mengenal Ali bin Abi Tholib,  yang masuk Islam sejak kanak-kanak, dan sejak itu tidak pernah absen membela Islam. Bahkan Umar bin Khattab, masuk Islam dan menjadi pembela Nabi saw pada usia 27 tahun.
Begitu pun di Indonesia, pemuda memegang peran yang sangat penting dalam gerakan perlawanan terhadap kolonialisme yang telah menjajah bangsa ini ber abad-abad lamanya. Sehingga wajar jika ada yang mengatakan bahwa Revolusi Agustus 1945 adalah revolusi pemuda. Bahkan seluruh rentetan pergerakan yang bermuara kepada Revolusi Agustus tersebut adalah Revolusi Pemuda.
Organisasi Pergerakan Pemuda di Indonesia
Pada Konggres Pemuda yang kedua tahun 1928, sejarah pergerakan nasional kita mencatat berbagai macam kelompok pemuda seperti,  Tri Koro Dharmo, Jong Islamieten Bond, Jong Sumatra, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Borneo, dan sebagainya.[2] Konggres ini kemudian yang melahirkan sumpah pemuda.
Dari nama-namanya, dengan mudah kita dapat mengidentifikasi mereka sebagai gerakan pemuda. Tetapi jika kita mundur sedikit kebelakang, maka akan kita temui bahwa sudah ada pergerakan pemuda, yang memang digerakkan oleh para pemuda, yang tidak menggunakan nama “jong” (pemuda). Misalnya, Partai Nasional Indonesia yang berdiri pada 4 Juni 1927. Bung Karno, sang pendiri, ketika itu,  usianya baru mencapai 27 tahun.[3]  
Lebih kebelakang lagi, ada Boedi Oetomo ( BO ) pada tamggal 20 Mei 1908,  adalah sebuah organisasi pemuda yang didirikan oleh Dr. Sutomo dan para mahasiswa  STOVIA  yaitu  Gunawan Mangunkusumo dan  Soeraji pada tanggal 20 Mei 1908.[4] Digagaskan oleh Dr.Wahidin Sudirohusodo. Mereka ini juga adalah para pemuda.
Begitu pula jika menengok kepada pergerakan Islam yang mula-mula muncul di Indonesia, sesungguhnya adalah gerakan para pemuda. HOS Cokroaminoto, saat menjadi ketua Sarekat Islam, usianya baru 29 tahun.[5]  Kiai Haji Mas Mansur, saat mendirikan Nahdhatul Wathan pada tahun 1916, baru berusia 20 tahun.[6] Demikian pula dengan KH Wahab Hasbullah, penggagas Taswirul Afkar dan Nahdhatul Wathan yang pada 1926 menjadi gerakan Nahdhatul Ulama.[7]
Mengembalikan Jiwa Kepeloporan Pemuda
Belajar dari kemuliaan para pendahulu kita di atas, sesungguhnya pemuda mempunyai banyak potensi, terutama potensi kepeloporan. Menurut Hasan Al Banna, pada pemuda ada sifat-sifat penting yang berharga bagi usaha-usaha perjuangan, yaitu; hati yang cerdas, nurani yang jernih, perasaan yang menggelora dan kemauan yang kuat.[8]
Hati yang cerdas adalah dasar bagi keimanan bagi keimanan yang mantap. Sebagaimana Allah berfirman,
ولقد ذرأنا لجهنم كثيرا من الجن والإنس لهم قلوب لا يفقهون بها ولهم أعين لا يبصرون بها ولهم آذان لا يسمعون بها أولئك كالأنعام بل هم أضل أولئك هم الغافلون
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS Al A’raf : 179).
Nurani yang jernih akan melahirkan keikhlasan atau niat dan motivasi yang benar. Niat saja mulai sekarang ,tapi yang baik-baik. Pemuda harus punya niat. Niat menumbuhkan kesungguhan dalam beramal, keseriusan dalam berfikir serta keteguhan dalam menghadapi penghalang. Niat yang sempurna adalah niat karena Allah dengan landasan iman.
حَدَّثَنَا الحُمَيْدِيُّ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الزُّبَيْرِ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ الأَنْصَارِيُّ، قَالَ: أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيُّ، أَنَّهُ سَمِعَ عَلْقَمَةَ بْنَ وَقَّاصٍ اللَّيْثِيَّ، يَقُولُ: سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَلَى المِنْبَرِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا، أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ»[9]
Rasulullah bersabda dalam sebuah hadist dari Umar bin Khatab bahwa barang siapa berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya,barang siapa berhijrah untuk dunia yang ia cari atau wanita yang akan dinikahi maka hijrahnya untuk yang ia niatkan. Dengan niat karena Allah kita akan mendapat ridho-Nya Insya Allah.
Perasaan yang menggelora menimbulkan semangat yang menyala-nyala sebagai sikap yang paling jelas terlihat pada umumnya pemuda. Perasaan yang menggelora ini sering membuat anak-anak muda mempunyai impian yang “berbeda”. Impian akan menimbulkan niat lalu usaha untuk mewujudkan cita-cita. Impian juga akan menimbulkan semangat, semangat ibarat api yang akan memicu ledakan potensi yang luar biasa.
Sedangkan kemauan yang kuat pada para pemuda akan melahirkan amal perbuatan.  Ya, berbuat, berani untuk melakukan aksi-aksi perubahan. Merubah diri sendiri dengan mengendalikan hawa nafsu, mencari ilmu dan memperbaiki ibadah.
Berani mencoba, bagaimana mungkin akan menang lomba lari jika mencoba mendaftar lomba saja tidak berani. Bayangkan Thomas Alfa Edison, berhasil menemukan bola lampu pada percobaan ke 14.000, berarti dia telah gagal dalam 13.999 percobaan. [10] Memulai adalah hal yang sulit kata sebagian orang , setelah itu akan berjalan lancar. Mulai dari yang kecil, ingin membersihkan bumi dari sampah? Mulailah dengan kita membuang sampah pada tempatnya. Tidak perlu ditunda-tunda mulai dari sekarang, tidak perlu menunggu orang lain mulai dari diri sendiri saja. Berani beraksi adalah wujud konsistensi kita pada iman yang kita yakini, cita-cita kita impikan.
Penutup
Tentunya tugas pemuda kedepan sangatlah besar dan mulia, selayaknya seorang pemuda memiliki jiwa patriotik, progressif, militan dan dinamis dalam mengemban tugas sejarah bangsa. Jika realitas pemuda hari ini jauh dari karakter dan jiwa tersebut, maka sadar atau tidak kita akan tergilas dan terseret oleh jalannya sejarah yang senantiasa berkembang dan bergerak....
Maka saatnyalah pemuda kembali mengobarkan semangat juangnya dan mengembalikan kecintaannya terhadap negara anugrah Allah ini. Dengan menyatukan diri dalam organisasi-organisasi kepemudaan, sehingga pemuda kembali memberikan angin segar terhadap Indonesia yang sudah hamper 70 tahun merdeka.
Sahabat, kita adalah pemuda. Perubahan ada di tangan kita. Mari kita mencari ilmu, membina diri dengan sekolah yang tekun, memperkokoh keyakinan, membina fisik dan menjaganya dari yang haram agar sehat dan kuat. Masa depan di tangan kita.
Daftar Pustaka
Buku:
Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah, Wacana Pergerakan Islam di Indonesia, Mizan, Bandung, 1995.
Hasan Al Banna, Majmu’at ar Rasa’il, alih bahasa Khozin Abu Faqih, I’tishom,  Jakarta, 2011.
Khalid Muhammad Khalid, Karakteristik Perihidup 60 Shahabat Rasulullah, alih bahasa Mahyudin Syaf dkk, Diponegoro, Bandung, 1998.
Muhammad bin Isma’il Abu Abdullah Al Bukhary Al Ja’fy, Shahih Bukhary, Dar ath Thuqoh an Najah,1422H.
Situs Internet:



[1] Khalid Muhammad Khalid, Karakteristik Perihidup 60 Shahabat Rasulullah, alih bahasa Mahyudin Syaf dkk, Diponegoro, Bandung, 1998, hal. 41.
[2] Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah, Wacana Pergerakan Islam di Indonesia, Mizan, Bandung, 1995, hal.185.
[3] Ahmad Mansur Suryanegara, ibid, hal.187.
[4] www.wikipedia.org/wiki/budi_utomo, waktu akses 28/8/2014, jam 13.00.
[5] Ahmad Mansur Suryanegara, op.cit, hal.186.
[6] Ibid, hal.187.
[7] Ibid, hal.225.
[8] Hasan Al Banna, Majmu’at ar Rasa’il, alih bahasa Khozin Abu Faqih, I’tishom,  Jakarta, 2011, hal.70.
[9] Muhammad bin Isma’il Abu Abdullah Al Bukhary Al Ja’fy, Shahih Bukhary, Dar ath Thuqoh an Najah,1422H, Juz 1, hal.6
Potensi Kebangkitan (Ummat) Islam
1. Janji Kebangkitan Islam
Allah Subahanahu wa ta’ala berfirman,
وعد الله الذين آمنوا منكم وعملوا الصالحات ليستخلفنهم في الأرض كما استخلف الذين من قبلهم وليمكنن لهم دينهم الذي ارتضى لهم وليبدلنهم من بعد خوفهم أمنا يعبدونني لا يشركون بي شيئا ومن كفر بعد ذلك فأولئك هم الفاسقون
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shaleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.(QS An Nur 55).
Juga firmanNya,
يا أيها الذين آمنوا إن تنصروا الله ينصركم ويثبت أقدامكم
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.(QS Muhammad 7).
            Sabda Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasalam,
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ، حَدَّثَنِي دَاوُدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْوَاسِطِيُّ، حَدَّثَنِي حَبِيبُ بْنُ سَالِمٍ،عن النعمان بن بشير قال: -كنا قعودا في المسجد مع رسول الله صلى الله عليه وسلم وكان بشير رجل يكف حديثه فجاء أبو ثعلبة الخشني فقال يا بشير بن سعد أتحفظ حديث رسول الله صلى الله عليه وسلم في الأمراء فقال حذيفة أنا أحفظ خطبته فجلس أبو ثعلبة فقال حذيفة قال رسول الله صلى الله عليه وسلم تكون النبوة فيكم ما شاء الله أن تكون ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها ثم تكون خلافة على منهاج النبوة فتكون ما شاء الله أن تكون ثم يرفعها إذا شاء الله أن يرفعها ثم تكون ملكا عاضا فيكون ما شاء الله أن يكون ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها ثم تكون ملكا جبرية فتكون ما شاء الله أن تكون ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها ثم تكون خلافة على منهاج النبوة ثم سكت قال حبيب فلما قام عمر بن عبد العزيز وكان يزيد بن النعمان بن بشير في صحابته فكتبت إليه بهذا الحديث أذكره إياه فقلت له إني أرجو أن يكون أمير المؤمنين يعني عمر بعد الملك العاض والجبرية فأدخل كتابي على عمر بن عبد العزيز فسر به وأعجبه (رواه أحمد)[1]

Artinya: Dari Nu’man bin Basyiir berkata: Suatu saat kami sedang duduk bersama Rasulullah SAW, dan Basyir adalah orang yang dapat menahan perkataan. Maka datang Abu Tsa’labah Al-Khasyani dan berkata:”Wahai Basyir bin Sad apakah engkau hafal tentang hadits Rasulullah SAW pada masalah kepemimpinan. Berkata Hudzaifah:” Saya hafal ungkapannya. Maka duduklah Abu Tsa’alabah, maka Hudzaifah berkata: Rasulullah SAW bersabda:” Kalian akan mengalami masa kenabian sampai Allah menghendaki kemudian Allah angkat (masa kenabian tersebut) jika Allah menghendakinya. Seterusnya masa khilafah dengan manhaj kenabian sampai Allah menghendaki, kemudian Allah mengangkatnya jika Allah menghendakinya. Seterusnya masa raja yang menggigit sampai Allah menghendakinya, kemudian Allah mengangkatnya jika Allah menghendakinya. Seterusnya masa raja diktator sampai Allah menghendakinya, kemudian Allah mengangkatnya jika Allah menghendakinya. Seterusnya masa khilafah dengan manhaj kenabian, kemudian diam” Berkata Habib:”Pada saat Umar bin Abdul Aziz menjadi khilafah dan Yazid bin an-Nu’man bin Basyir adalah teman Umar bin Abdul Aziz. Maka saya tulis kepada hadits ini, mengingatkannya dan aku berkata kepadanya:”Saya berharap Amiril Mu’minin yakni Umar setelah (sebelumnya dikuasai) raja yang menggigit dan raja yang diktator. Saya masukan surat ini padanya, dan ia senang dan merasa kagum (pada hadits ini) (HR Ahmad).
            Dan sabda beliau,
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ الْمَهْرِيُّ، أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ أَبِي أَيُّوبَ، عَنْ شَرَاحِيلَ بْنِ يَزِيدَ الْمُعَافِرِيِّ، عَنْ أَبِي عَلْقَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، فِيمَا أَعْلَمُ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ لِهَذِهِ الْأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِينَهَا» . قَالَ أَبُو دَاوُدَ: «رَوَاهُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ شُرَيْحٍ الْإِسْكَنْدَرَانِيُّ، لَمْ يَجُزْ بِهِ شَرَاحِيلَ»[2]
Artinya: Sesungguhnya Allah membangkitkan pada tiap awal 100 tahun orang yang memperbaharui agamanya.(HR Abu Daud).
2. Faktor-faktor Material Kebangkitan Ummat Islam
Paul Schmidt sebagaimana dikutip Yusuf Al Qaradhawy menyebutkan tiga komponen kekuatan Islam di belahan timur[3] yaitu:
1. Kekuatan Islam sebagai dien atau agama; keyakinan kepadanya dan pada nilai idealismenya; kekuatannya dalam mempersaudarakan berbagai suku bangsa, ras dan tsaqafah (budaya dan peradaban).
2. Sumber kekayaan alam yang melimpah ruah di tanah timur Islam yang terbentang dari Samudra Atlantik sampai Lautan Teduh, yang dibatasi Maroko di sebelah barat dan Indonesia di sebelah timur. Umat Islam memiliki 66% minyak mentah dunia, memproduksi 70% karet dunia, 56% minyak sawit dan 67% rempah-rempah.[4] Jika potensi alam ini dikelola dengan baik untuk persatuan perekonomian bangsa-bangsa muslim, sehingga mereka menjadi kuat dan mampu memenuhi kebutuhan secara mandiri, ummat Islam sesungguhnya tidak perlu lagi kepada Eropa dan negara-negara barat lainnya.
3. Kesuburuan fertilitas (kelahiran) pada negara-negara berpenduduk muslim, yang berdampak pada besarnya jumlah kaum muslimin sedunia. Saat ini kita dapat menemukan satu orang muslim di antara lima orang penduduk dunia.[5] Jika jumlah yang besar ini dapat disatukan dalam koordinasi yang baik, ia dapat memperkokoh kekuatan yang sudah ada.
4. Di samping itu Tudrus Nadzir Ahmad Khan menyebutkan beberapa factor lagi kekuatan dunia Islam yaitu: letak negara-negara muslim yang strategis dalam satu mata rantai yang bersambung wilayahnya mulai dari Indonesia di Asia sampai Maroko di Afrika.[6]
5. Kemudian dalam konstelasi politik dunia, ada 36 negara berpenduduk muslim dari 113 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa.[7] Jika negara-negara ini bersatu pendapat, mereka akan dapat mempengaruhi wajah dunia.
Daftar Pustaka
Qaradhawy, Yusuf, 1997, Fiqih Tajdid dan Shahwah Islamiyah, alih bahasa Nabhani Idris, Islamuna Press, Jakarta.
_______________,2004, Konsep Islam Solusi Utama Bagi Ummat, alih bahasa M. Wahib Aziz Lc, Senayan Abadi Publishing, Jakarta.
Asy Syaibani, Abu Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Al Musnad Imam Ahmad bin Hanbal,(2001), Mu’asasah ar Risalah.
Asy Syakhisytani, Abu Daud Sulayman bin al Asy’ats bin Ishaq bin Basyir bin Syadad bin Amru al Azdy, Sunan Abu Daud, Al Maktabah al ‘Ashriyah Beyrut.




[1] Abu Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Hanbal Asy Syaibani, Al Musnad Imam Ahmad bin Hanbal,(2001), Mu’asasah ar Risalah, juz 30, h.335.
[2] Abu Daud Sulayman bin al Asy’ats bin Ishaq bin Basyir bin Syadad bin Amru al Azdy asy Syakhisytani, Sunan Abu Daud,Al Maktabah al ‘Ashriyah Beyrut, Juz 4 h 109.
[3]Yusuf Qaradhawy, 1997, Fiqih Tajdid dan Shahwah Islamiyah, alih bahasa Nabhani Idris, Islamuna Press, Jakarta, h. 177-178.
[4]Yusuf Qaradhawy,2004, Konsep Islam Solusi Utama Bagi Ummat, alih bahasa M. Wahib Aziz Lc, Senayan Abadi Publishing, Jakarta, h.15.   
[5]Loc.cit.
[6]Ibid, h.14.
[7]Ibid, h.15.

Wednesday, February 17, 2016

URGENSI TASAUF UNTUK PENYUCIAN JIWA DA’I – DA’IYAH
            Sesungguhnya para aktivis da’wah di jalan Allah adalah orang-orang yang semestinya pertama sekali menghiasi dirinya dengan akhlaq yang mulia, sebelum orang lain. Sepeti jujur, amanah, penyantun, pema’af, tawadhu’, dan murah hati. Mereka pula yang seharusnya pertama kali melepaskan diri dari dusta dan nifaq, benci dan mudah tersinggung, sombong dan angkuh serta kikir. Sehingga ada kesesuaian antara teori dan realita dari risalah yang sedang mereka da’wahkan. Jika terlihat kesenjangan antara teori yang mereka sampaikan dengan apa yang mereka amalkan, maka sulit untuk mengharapkan ummat tertarik dengan da’wah. Mereka mungkin akan enggan bahkan menolak dengan terang-terangan terhadap usaha-usaha da’wah Islam.
            Di sinilah nilai penting tasawuf bagi para da’i. Sebagai jalan yang ditempuh  para sufi untuk mendekatkan diri atau menuju Tuhan dengan cara penyucian hati, tasawuf adalah jalan yang mestinya ditempuh juga oleh para da’i. karena dengan penyucian hati inilah sifat-sifat mulia dapat dimiliki dan sifat-sifat tercela dapat dihapuskan. Penyucian hati juga dikenal dengan istilah tazkiyatunnafs.
Menurut Said Hawwa, tazkiyah secara etimologis memiliki makna: takhalli (pengosongan jiwa dari sifat-sifat tercela) dan tahalli (penumbuhan sifat-sifat terpuji dalam jiwa). Demikian pula maknanya secara istilah. Zakatun nafsi, artinya tathahhur (penyucian) jiwa dari segala penyakit dan cacat, kemudian tahaqquq (merealisasikan) berbagai maqam yang ada padanya dan takhalluq (menjadikan asma’ dan shifat Allah sebagai akhlaq).
            Di antara pengaruh yang diharapkan bagi diri orang-orang yang menempuh jalan pensucian diri ini adalah terealisasinya nilai-nilai tauhid, ikhlas, sabar, syukur, jujur, santun, harap-harap cemas dan cinta kepada Allah dalam hatinya. Juga terhindarnya jiwa dari hal-hal yang bertentangan dengan sifat-sifat di atas seperti riya’, ujub, ghurur, takabbur, hasad, bakhil, dan marah, baik karena godaan nafsu atau karena gangguan syetan. Sehingga jiwa tersucikan dan hasilnya terkendalinya anggota badan sesuai aturan Allah dalam interaksi pribadi, keluarga, tetangga, masyarakat dan masyarakat pada umumnya.
فبما رحمة من الله لنت لهم ولو كنت فظا غليظ القلب لانفضوا من حولك فاعف عنهم واستغفر لهم وشاورهم في الأمر فإذا عزمت فتوكل على الله إن الله يحب المتوكلين
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (QS Ali Imran 159)


Dari Said Hawwa, Mensucikan Jiwa, Intisari Ihya Ulumudin, Robbani Press.