Peranan Pemuda Dalam
Perjuangan Kemerdekaan Nasional
Oleh: Wahyu Bhekti
Prasojo
Masa
muda adalah suatu periode usia yang memiliki kelebihan tersendiri. Pemuda
mempunyai kekuatan yang lebih secara fisik dan semangat bila dibanding dengan
anak kecil atau orang-orang jompo. Oleh karena itu sejak dulu hingga sekarang
adalah pilar kebangkitan ummat. Al Qur’an mensinyalir hal ini dalam
menceritakan tentang ashabul kahfi, sebagai berikut:
نحن نقص عليك نبأهم بالحق إنهم فتية آمنوا بربهم وزدناهم هدى
Kami ceritakan kisah mereka kepadamu
(Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang
beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk; (QS Al Kahfi: 13).
Dimana
saja, di negara mana saja kemerdekaan tak pernah luput dari peran pemuda. Karena
pemudalah yang paling bersemangat dan ambisius memperjuangkan perubahan. Banyak
pemuda berbaris dalam gerakan Rasulullah memperjuangkan kemerdekaan hakiki dari
penjajahan kemusyrikan. Tidak sedikit dari mereka yang memegang tugas penting
dalam dakwah Islam. Kita mengenal Mushaib bin Umair, Duta Islam pertama,
pembawa risalah Islam kepada penduduk Yatsrib (Madinah). Adalah seorang remaja
Quraisy terkemuka.[1]
Kita juga tentu mengenal Ali bin Abi Tholib, yang masuk Islam sejak kanak-kanak, dan sejak
itu tidak pernah absen membela Islam. Bahkan Umar bin Khattab, masuk Islam dan
menjadi pembela Nabi saw pada usia 27 tahun.
Begitu
pun di Indonesia, pemuda memegang peran yang sangat penting dalam gerakan perlawanan
terhadap kolonialisme yang telah menjajah bangsa ini ber abad-abad lamanya. Sehingga
wajar jika ada yang mengatakan bahwa Revolusi Agustus 1945 adalah revolusi
pemuda. Bahkan seluruh rentetan pergerakan yang bermuara kepada Revolusi
Agustus tersebut adalah Revolusi Pemuda.
Organisasi
Pergerakan Pemuda di Indonesia
Pada
Konggres Pemuda yang kedua tahun 1928, sejarah pergerakan nasional kita
mencatat berbagai macam kelompok pemuda seperti, Tri Koro Dharmo, Jong Islamieten Bond, Jong
Sumatra, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Borneo, dan sebagainya.[2]
Konggres ini kemudian yang melahirkan sumpah pemuda.
Dari
nama-namanya, dengan mudah kita dapat mengidentifikasi mereka sebagai gerakan
pemuda. Tetapi jika kita mundur sedikit kebelakang, maka akan kita temui bahwa
sudah ada pergerakan pemuda, yang memang digerakkan oleh para pemuda, yang
tidak menggunakan nama “jong” (pemuda). Misalnya, Partai Nasional Indonesia
yang berdiri pada 4 Juni 1927. Bung Karno, sang pendiri, ketika itu, usianya baru mencapai 27 tahun.[3]
Lebih
kebelakang lagi, ada Boedi Oetomo ( BO ) pada tamggal 20 Mei 1908, adalah sebuah organisasi pemuda yang didirikan
oleh Dr. Sutomo dan para
mahasiswa STOVIA yaitu
Gunawan Mangunkusumo dan Soeraji pada
tanggal 20 Mei 1908.[4]
Digagaskan oleh Dr.Wahidin Sudirohusodo. Mereka ini juga adalah
para pemuda.
Begitu
pula jika menengok kepada pergerakan Islam yang mula-mula muncul di Indonesia,
sesungguhnya adalah gerakan para pemuda. HOS Cokroaminoto, saat menjadi ketua
Sarekat Islam, usianya baru 29 tahun.[5] Kiai Haji Mas Mansur, saat mendirikan
Nahdhatul Wathan pada tahun 1916, baru berusia 20 tahun.[6]
Demikian pula dengan KH Wahab Hasbullah, penggagas Taswirul Afkar dan Nahdhatul
Wathan yang pada 1926 menjadi gerakan Nahdhatul Ulama.[7]
Mengembalikan
Jiwa Kepeloporan Pemuda
Belajar
dari kemuliaan para pendahulu kita di atas, sesungguhnya pemuda mempunyai
banyak potensi, terutama potensi kepeloporan. Menurut Hasan Al Banna, pada
pemuda ada sifat-sifat penting yang berharga bagi usaha-usaha perjuangan,
yaitu; hati yang cerdas, nurani yang jernih, perasaan yang menggelora dan
kemauan yang kuat.[8]
Hati yang cerdas adalah
dasar bagi keimanan bagi keimanan yang mantap. Sebagaimana Allah berfirman,
ولقد ذرأنا لجهنم كثيرا من الجن والإنس لهم قلوب لا يفقهون بها ولهم
أعين لا يبصرون بها ولهم آذان لا يسمعون بها أولئك كالأنعام بل هم أضل أولئك هم الغافلون
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi
neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi
tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai
mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan
Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka
lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS Al A’raf : 179).
Nurani yang jernih akan melahirkan keikhlasan
atau niat dan motivasi yang benar. Niat saja mulai sekarang ,tapi yang
baik-baik. Pemuda harus punya niat. Niat menumbuhkan kesungguhan dalam beramal,
keseriusan dalam berfikir serta keteguhan dalam menghadapi penghalang. Niat
yang sempurna adalah niat karena Allah dengan landasan iman.
حَدَّثَنَا
الحُمَيْدِيُّ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الزُّبَيْرِ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ،
قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ الأَنْصَارِيُّ، قَالَ: أَخْبَرَنِي
مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيُّ، أَنَّهُ سَمِعَ عَلْقَمَةَ بْنَ
وَقَّاصٍ اللَّيْثِيَّ، يَقُولُ: سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ عَلَى المِنْبَرِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ
امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا، أَوْ
إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا،
فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ»[9]
Rasulullah bersabda dalam sebuah hadist dari Umar
bin Khatab bahwa barang siapa berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya maka
hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya,barang siapa berhijrah untuk dunia yang ia
cari atau wanita yang akan dinikahi maka hijrahnya untuk yang ia niatkan.
Dengan niat karena Allah kita akan mendapat ridho-Nya Insya Allah.
Perasaan
yang menggelora menimbulkan semangat yang menyala-nyala sebagai sikap yang
paling jelas terlihat pada umumnya pemuda. Perasaan yang menggelora ini sering
membuat anak-anak muda mempunyai impian yang “berbeda”. Impian akan menimbulkan
niat lalu usaha untuk mewujudkan cita-cita. Impian juga akan menimbulkan
semangat, semangat ibarat api yang akan memicu ledakan potensi yang luar biasa.
Sedangkan
kemauan yang kuat pada para pemuda akan melahirkan amal perbuatan. Ya, berbuat, berani untuk melakukan aksi-aksi
perubahan. Merubah diri sendiri dengan mengendalikan hawa nafsu, mencari ilmu
dan memperbaiki ibadah.
Berani
mencoba, bagaimana mungkin akan menang lomba lari jika mencoba mendaftar lomba
saja tidak berani. Bayangkan Thomas Alfa Edison, berhasil menemukan bola lampu
pada percobaan ke 14.000, berarti dia telah gagal dalam 13.999 percobaan. [10] Memulai
adalah hal yang sulit kata sebagian orang , setelah itu akan berjalan lancar. Mulai
dari yang kecil, ingin membersihkan bumi dari sampah? Mulailah dengan kita
membuang sampah pada tempatnya. Tidak perlu ditunda-tunda mulai dari sekarang,
tidak perlu menunggu orang lain mulai dari diri sendiri saja. Berani beraksi
adalah wujud konsistensi kita pada iman yang kita yakini, cita-cita kita
impikan.
Penutup
Tentunya
tugas pemuda kedepan sangatlah besar dan mulia, selayaknya seorang pemuda
memiliki jiwa patriotik, progressif, militan dan dinamis dalam mengemban tugas
sejarah bangsa. Jika realitas pemuda hari ini jauh dari karakter dan jiwa
tersebut, maka sadar atau tidak kita akan tergilas dan terseret oleh jalannya
sejarah yang senantiasa berkembang dan bergerak....
Maka
saatnyalah pemuda kembali mengobarkan semangat juangnya dan mengembalikan
kecintaannya terhadap negara anugrah Allah ini. Dengan menyatukan diri dalam
organisasi-organisasi kepemudaan, sehingga pemuda kembali memberikan angin
segar terhadap Indonesia yang sudah hamper 70 tahun merdeka.
Sahabat,
kita adalah pemuda. Perubahan ada di tangan kita. Mari kita mencari ilmu, membina
diri dengan sekolah yang tekun, memperkokoh keyakinan, membina fisik dan
menjaganya dari yang haram agar sehat dan kuat. Masa depan di tangan kita.
Daftar Pustaka
Buku:
Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan
Sejarah, Wacana Pergerakan Islam di Indonesia, Mizan, Bandung, 1995.
Hasan Al Banna, Majmu’at ar Rasa’il,
alih bahasa Khozin Abu Faqih, I’tishom,
Jakarta, 2011.
Khalid Muhammad Khalid, Karakteristik
Perihidup 60 Shahabat Rasulullah, alih bahasa Mahyudin Syaf dkk,
Diponegoro, Bandung, 1998.
Muhammad bin Isma’il Abu Abdullah Al
Bukhary Al Ja’fy, Shahih Bukhary, Dar ath Thuqoh an Najah,1422H.
Situs Internet:
[1]
Khalid Muhammad Khalid, Karakteristik Perihidup 60 Shahabat Rasulullah,
alih bahasa Mahyudin Syaf dkk, Diponegoro, Bandung, 1998, hal. 41.
[2]
Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah, Wacana Pergerakan Islam di
Indonesia, Mizan, Bandung, 1995, hal.185.
[3]
Ahmad Mansur Suryanegara, ibid, hal.187.
[4]
www.wikipedia.org/wiki/budi_utomo,
waktu akses 28/8/2014, jam 13.00.
[5]
Ahmad Mansur Suryanegara, op.cit, hal.186.
[6]
Ibid, hal.187.
[7]
Ibid, hal.225.
[8]
Hasan Al Banna, Majmu’at ar Rasa’il, alih bahasa Khozin Abu
Faqih, I’tishom, Jakarta, 2011, hal.70.
[9]
Muhammad bin Isma’il Abu Abdullah Al Bukhary Al
Ja’fy, Shahih Bukhary, Dar ath Thuqoh an Najah,1422H, Juz 1, hal.6
[10]
http://psq2009.blogspot.com/2009/03/pemuda-dalam-perjuangan.html,
waktu akses, 28/8/2014, jam 14:52 wib.