1. Teks dan
Sanad Hadits
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ، حَدَّثَنَا
اللَّيْثُ، عَنْ عُقَيْلٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ،
أَنَّ زَيْنَبَ بِنْتَ أَبِي سَلَمَةَ، حَدَّثَتْهُ عَنْ أُمِّ حَبِيبَةَ بِنْتِ
أَبِي سُفْيَانَ، عَنْ زَيْنَبَ بِنْتِ جَحْشٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُنَّ أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، دَخَلَ عَلَيْهَا فَزِعًا يَقُولُ:
«لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَيْلٌ لِلْعَرَبِ مِنْ شَرٍّ قَدِ اقْتَرَبَ ،
فُتِحَ اليَوْمَ مِنْ رَدْمِ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مِثْلُ هَذِهِ» وَحَلَّقَ
بِإِصْبَعِهِ الإِبْهَامِ وَالَّتِي تَلِيهَا، قَالَتْ زَيْنَبُ بِنْتُ جَحْشٍ
فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ: أَنَهْلِكُ وَفِينَا الصَّالِحُونَ؟ قَالَ: «نَعَمْ
إِذَا كَثُرَ الخَبَثُ»[1]
2. Terjemah Hadits
Telah bercerita
kepada kami Abu Al Yaman telah mengabarkan kepada kami Syu'aib dari Az Zuhriy
berkata, telah bercerita kepadaku 'Urwah bin Az Zubair bahwa Zainab binti
Usamah bercerita keadanya bahwa Ummu Habibah binti Abu Sufyan bercerita
kepadanya dari Zainab binti Jahsy bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam masuk
menemuinya dengan gemetar lalu bersabda: "Laa ilaaha illallah, celakalah
bangsa Arab karena keburukan yang semakin dekat, hari ini telah dibuka benteng
Ya'juj dan ma'juj". Beliau memberi isyarat dengan mendekatkan telunjuknya
dengan jari sebelahnya. Zainab binti Jahsy berkata, Aku bertanya; "Wahai
Rasulullah, apakah kita akan binasa sedangkan di tengah-tengah kita banyak
orang-orang yang shalih?". Beliau menjawab: "Benar, jika keburukan
telah mewabah".(HR. Bukhari)
Imam Al Bukhary meriwayatkan hadits ini dalam Shahihnya pada banyak
tempat, yaitu pada bab Qishah Ya’juj wa Ma’juj,juz 4 halaman 138, bab
‘Alamatun Nubuwah fil Islam,juz 4, halaman 198, bab Qauli Nabi saw:
Waylul al Arab min Syarr qod iqtaraba, juz 9 halaman 48 dan pada bab
Ya’juj wa Ma’juj, juz 9 halaman 61.
Imam Muslim
juga meriwayatkannya dalam Shahihnya, pada bab Iqtaroba al Fitan wa Fathu
Radmi, juz 4 halaman 2207 dan 2208. Demikian pula Imam At Tirmidzy dalam
Sunannya, yaitu pada bab Ma Ja’a ma’a Kharaja Ya’juj wa Ma’juj, juz 4
halaman 480. Juga Imam Ibnu Majah dalam Sunan Ibnu Majah, bab Ma Yakunu min
al Fitan, juz 2 halaman 1305.
4.
Penjelasan Hadits dan Pelajarannya
Sebagaimana
melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar mengandung banyak kemaslahatan bagi umat
manusia di dunia maupun di akhirat, maka begitu pula sebaliknya, meninggalkan
amalan yang agung ini akan menimbulkan berbagai kerusakan yang dapat
menghilangkan ketentraman dan kedamaian dalam kehidupan.
Syaikh
Muhammad Fuad Abdul Baqy menjelaskan bahwa jika kerusakan telah menyebar luas
dan orang-orang melakukan maksiat dengan terang-terangan, sebagian ulama
memaksudkan kerusakan itu dengan berzina secara terang-terangan, maka semua
orang akan dibinasakan, meskipun di tengah-tengah mereka ada orang-orang
shaleh.[2]
واتقوا فتنة لا تصيبن الذين ظلموا منكم خآصة واعلموا
أن الله شديد العقاب
‘’Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus
menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan ketahuilah bahwa Allah
Amat keras siksaan-Nya.’’ (Al-Anfal:25)
Dalam mengomentari hadits di atas, Syaikh Muhammad bin `Abdurrahmân
al-Mubârakfûri rahimahullah berkata: “Dan memang seperti itu maknanya, jika
manusia melarang orang yang berbuat maksiat, maka mereka semua akan selamat
dari adzab Allah Ta’ala, dan sebaliknya, jika mereka membiarkan kemaksiatan,
maka mereka semua akan ditimpa adzab dan akan binasa, dan ini adalah makna ayat
(di atas).[3]
Di
antara tanda kerusakan merajalela tersebut adalah:
Maksiat merajalela, karena para pelaku maksiat dan dosa semakin
bernyali untuk melakukan perbuatan nistanya.
Hilangnya ilmu dan tersebarnya kebodohan, karena jarangnya ahli
agama yang menyebarkan ilmu dan menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.
Sikap diam orang-orang yang mampu menegakkan amar ma’ruf nahi
munkar akan membuat perbuatan tersebut menjadi baik dan indah di mata khalayak
ramai, kemudian mereka pun akan menjadi pengikut para pelaku maksiat, dan hal
ini adalah termasuk musibah dan bencana yang paling besar.
Diriwayatkan
dari Qays bin Abu Hazim, di mana ia berkata, Aku mendengar Abu Bakar ra
berkata: Sesungguhnya kalian membaca ayat ini:
يا أيها الذين آمنوا عليكم أنفسكم لا يضركم من ضل
إذا اهتديتم إلى الله مرجعكم جميعا فينبئكم بما كنتم تعملون
Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang
sesat itu akan memberi mudarat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk.
Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu
apa yang telah kamu kerjakan.(QS Al Ma’idah:
5).
Sesungguhnya Aku mendengar bahwa Rasulullah bersabda:
وَإِنِّي
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «مَا مِنْ
قَوْمٍ يُعْمَلُ فِيهِمْ بِالْمَعَاصِي، ثُمَّ يَقْدِرُونَ عَلَى أَنْ
يُغَيِّرُوا، ثُمَّ لَا يُغَيِّرُوا، إِلَّا يُوشِكُ أَنْ يَعُمَّهُمُ اللَّهُ
مِنْهُ بِعِقَابٍ
“Sesungguhnya jika manusia melihat seseorang melakukan kedzaliman,
kemudian mereka tidak mencegah orang itu, maka ALLAH akan meratakan adzab
kepada mereka semua. (HR. Abu Dawud).[4]
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud ketika
beliau ditanya tentang ayat tersebut di atas, beliau menjawab, “Saat ini
bukanlah saat yang seperti itu. Akan tetapi saat itu nanti adalah manakala hawa
nafsu telah menguasai jiwa dan orang-orang suka berdebat kusir, maka pada saat
itu masing-masing orang akan menginterpretasikannya.[5]
[1]
Muhammad
bin Isma’il Abu Abdullah al Bukhary al Ja’fy, op.cit, Juz 4,
hal.134.
[2]
Imam Muslim, op.cit, juz 4, halaman 2207.
[4]
Abu Dawud, op.cit, Juz 4, hal.122.
[5]
Nashr bin Muhammad bin Ibrahim, Abu Laits As Samarqandy, Tanbihul
Ghafilin, alih bahasa Muslich Shabir, Karya Toha Putra, Semarang, 2005,
hal.148.