Tuesday, January 31, 2017

Pahala yang Besar bagi Orang yang Berdakwah


Oleh Wahyu Bhekti Prasojo

1. Teks dan Sanad Hadits

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ العَزِيزِ، عَنْ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «لَأُعْطِيَنَّ الرَّايَةَ غَدًا رَجُلًا يَفْتَحُ اللَّهُ عَلَى يَدَيْهِ» ، قَالَ: فَبَاتَ النَّاسُ يَدُوكُونَ لَيْلَتَهُمْ أَيُّهُمْ يُعْطَاهَا، فَلَمَّا أَصْبَحَ النَّاسُ غَدَوْا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كُلُّهُمْ يَرْجُو أَنْ يُعْطَاهَا، فَقَالَ: «أَيْنَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ» . فَقَالُوا: يَشْتَكِي عَيْنَيْهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: «فَأَرْسِلُوا إِلَيْهِ فَأْتُونِي بِهِ» . فَلَمَّا جَاءَ بَصَقَ فِي عَيْنَيْهِ وَدَعَا لَهُ، فَبَرَأَ حَتَّى كَأَنْ لَمْ يَكُنْ بِهِ وَجَعٌ، فَأَعْطَاهُ الرَّايَةَ، فَقَالَ عَلِيٌّ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أُقَاتِلُهُمْ حَتَّى يَكُونُوا مِثْلَنَا؟ فَقَالَ: «انْفُذْ عَلَى رِسْلِكَ حَتَّى تَنْزِلَ بِسَاحَتِهِمْ، ثُمَّ ادْعُهُمْ إِلَى الإِسْلاَمِ، وَأَخْبِرْهُمْ بِمَا يَجِبُ عَلَيْهِمْ مِنْ حَقِّ اللَّهِ فِيهِ، فَوَاللَّهِ لَأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ بِكَ رَجُلًا وَاحِدًا، خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ»[1]
2. Terjemah Hadits
Dari Sahl bin Sa’d radhiyallahu’anhu, suatu ketika dalam peperangan Khaibar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh, aku akan memberikan bendera ini kepada seorang pria yang melalui kedua tangannya Allah akan memberikan kemenangan, dia mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan Allah dan Rasul-Nya pun mencintainya.” Sahl berkata: Maka di malam harinya orang-orang pun membicarakan siapakah kira-kira di antara mereka yang akan diberikan bendera itu. Sahl berkata: Ketika pagi harinya, orang-orang hadir dalam majelis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Masing-masing dari mereka sangat mengharapkan untuk menjadi orang yang diberikan bendera itu. Kemudian, Nabi bersabda, “Dimanakah Ali bin Abi Thalib?”. Mereka menjawab, “Wahai Rasulullah, dia sedang menderita sakit di kedua matanya.” Sahl berkata: Mereka pun diperintahkan untuk menjemputnya. Kemudian, dia pun didatangkan lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallammeludahi kedua matanya dan mendoakan kesembuhan baginya maka sembuhlah ia. Sampai-sampai seolah-olah tidak menderita sakit sama sekali sebelumnya. Maka beliau pun memberikan bendera itu kepadanya. Ali berkata, “Wahai Rasulullah, apakah saya harus memerangi mereka hingga mereka menjadi seperti kita?”. Beliau menjawab, “Berjalanlah dengan tenang, sampai kamu tiba di sekitar wilayah mereka. Lalu serulah mereka untuk masuk Islam dan kabarkan kepada mereka hak Allah yang wajib mereka tunaikan. Demi Allah, apabila Allah menunjuki seorang saja melalui dakwahmu itu lebih baik bagimu daripada kamu memiliki onta-onta merah.” (HR. Bukhari)
3. Takhrij Hadits 
            Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Al Bukhary dalam Shahihnya yaitu pada Bab ManaqibAli bin Abi Thalib, juz 5 halaman 18 dan pada bab Gazwatu Khaybar, juz 5 halaman 134. Imam Muslim juga meriwayatkannya dalam Shahihnya pada bab Min Fadhail Ali bin Abi Thalib, juz 4 halaman 1872.
Adapun Sahl bin Sa’ad bin Malik bin Khalid Al Anshari Al Khadzraji As Sa’idi Abul ‘Abbas, beliau dan ayah beliau merupakan shahabat yang masyhur, banyak dikenal. Meninggal pada tahun 88 H, ada yang mengatakan setelah tahun tersebut, ada pula yang mengatakan pada tahun 100 H.[2]
4. Penjelasan Hadits dan Pelajarannya
a.       Pada peperangan Khaybar, gerak pasukan Islam tertahan karena kuatnya perbentengan Khaybar itu. Sehingga pada suatu malam yaitu malam ke tujuh, Rasulullah mengatakan akan menyerahkan kepemimpinan pasukan kepada orang yang akan memenangkan pertempuran. Orang itu adalah Ali bin Abi Thalib.[3]
b.      Hadits ini menjelaskan kebenaran Nubuwah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, yaitu : kaum muslimin menang dalam pertempuran itu dipimpin oleh Ali bin Abi Thalib yang mulanya sakit mata, lalu sembuh seketika oleh ludah Rasulullah.
c.       Meskipun dalam peperangan, Rasulullah tetap memerintahkan mengutamakan sikap kelembutan terhadap orang-orang yang dihadapi. Karena menginginkan mereka bisa menerima ajakan dakwah dan petunjuk ke jalan yang benar.
d.      Hadits ini menjelaskan keutamaan dakwah kepada Allah Ta’ala, yaitu bahwasanya menunjuki seseorang kepada Islam jauh lebih baik pahalanya daripada harta dan perbendaharaan dunia yang paling baik sekalipun, yang dalam hadits tersebut diungkapkan dengan unta merah. Syaikh Muhammad Fuad Abdul Baqy menjelaskan bahwa onta merah oleh kaum Quraisy digunakan untuk mengungkapkan harta benda yang paling berharga, karena tidak ada lagi onta yang lebih mahal darinya.[4]
Keutamaan dakwah ilallah amatlah banyak, tersebutkan dalam Al Qur’an dan As Sunnah, diantaranya : Allah Ta’ala berfirman, 
والعصر إن الإنسان لفي خسر إلا الذين آمنوا وعملوا الصالحات وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al Ashr :1-3).
Maka orang-orang yang beruntung ialah mereka yang beriman kepada Allah baik sebagai Rabb Pencipta alam semesta, maupun sebagai Ilah yang berhak diibadahi semata, dan beramal shalih yaitu amal yang dikerjakan ikhlas karena Allah semata, dan sesuai dengan petunjuk Nabishallallaahu ‘alaihi wa sallam, kemudian bersegera dalam menyempurnakan dan memperbaiki orang lain dengan menyeru manusia kepada al haq, yaitu setiap yang disyariatkan oleh Allah, kemudian bersabar di atas al haq tersebut, baik bersabar ketika mengerjakan ketaatan, bersabar dalam menjauhi keburukan, dan bersabar ketika ditimpa musibah.[5]
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى، كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ، لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا، وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ، كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ، لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا[6]
Artinya, Dari Abu Hurayrah, bahwa Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk, maka baginya pahala semisal dengan orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi sedikitpun pahala yang diperoleh orang tersebut. Dan barangsiapa yang menyeru kepada kesesatan, baginya dosa seperti dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa orang itu sedikitpun” (HR. Muslim).



[1] Muhammad bin Isma’il Abu Abdullah al Bukhary al Ja’fy, Shahih Bukhary, Dar at Tuqa an Najah, 1422H, Juz 5, hal. 18.
[2] Ali bin Yahya Al Haddadi, Ta’liqat ‘ala Arba’ina Haditsan fi Manhajis Salaf, alih bahasa Yhouga Ariesta (http://muslim.or.id/manhaj/keutamaan-dakwah-ilallah.html), diakses pada 6/11/2014, 7:45 wib.
[3] Munawar Khalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad saw, Gema Insani Press, Jakarta, 2001, Jilid 4, hal.144.
[4] Muslim, op.cit, Juz 4, hal. 1872.
[5] Ali bin Yahya Al Haddadi, Ta’liqat ‘ala Arba’ina Haditsan fi Manhajis Salaf, alih bahasa Yhouga Ariesta (http://muslim.or.id/manhaj/keutamaan-dakwah-ilallah.html), diakses pada 6/11/2014, 7:45 wib.
[6] Muslim, op.cit, Juz 4, hal.2060.

No comments:

Post a Comment