Sejarah dikatakan sebagai
ilmu karena merupakan pengetahuan masa lampau yang disusun secara sistematis
dengan metode kajian secara ilmiah untuk mendapatkan kebenaran mengenai
peristiwa masa lampau. Sebagaimana dijelaskan Mohammad Nazir, sejarah adalah
pengetahuan yang tepat terhadap apa yang telah terjadi. Sejarah adalah
deskripsi yang terpadu dari keadaan-keadaan atau fakta-fakta masa lampau yang
tertulis berdasarkan penelitian serta studi yang kritis untuk mencari
kebenaran.[1]
Oleh karena itu, sebagai
salah satu cabang ilmu pengetahuan harus dibuktikan secara keilmuan dengan
menggunakan metode-metode dan berbagai standar ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan. Kebenaran itu dapat dibuktikan dari dokumen yang telah
diuji sehingga dapat dipercaya sebagai suatu fakta sejarah. Sejarah dianggap
sebagai ilmu sebab sejarah memiliki syarat-syarat ilmu, antara lain ada masalah
yang menjadi objek, ada metode, tersusun secara sistematis, menggunakan
pemikiran yang rasional, dan kebenaran bersifat objektif.
Jika melihat hal tersebut, sejarah sebagai ilmu dapat
memenuhinya, dikarenakan: objek kajian
sejarah ialah kejadian-kejadian di masa lalu yang merupakan sebab akibat;
adanya metode sejarah yang menghubungkan bukti-bukti sejarah; kisah sejarah
tersusun secara sistematis dan kronologis; kebenaran fakta diperoleh dari
penelitian sumber yang disusun secara rasional dan kritik (penilaian) yang
sistematis; fakta bersifat subjektif karena tiap orang melihat masa lampau
dengan cara yang berbeda. Kebenaran hanya "milik" peristiwa ini
sendiri.
2. Kegunaan Sejarah
Dalam perspektif Al Qur’an kisah-kisah masa lampau yang
diceritakan di dalamnya, mengandung ibrah atau pembelajaran atau proses mengambil
pelajaran yang baik dari sejarah orang-orang di masa lalu oleh orang-orang di
masa kini.
لقد كان في قصصهم عبرة لأولي
الألباب ما كان حديثا يفترى ولكن تصديق الذي بين يديه وتفصيل كل شيء وهدى ورحمة
لقوم يؤمنون
Artinya:Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka
itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur'an itu
bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya
dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
beriman. (QS Yusuf 111).
Di tengah masyarakat yang luas, sejarah mempunyai arti dan
kegunaan sosial, yaitu memberi kegunaan edukatif (pelajaran), kegunaan yang
menimbulkan inspirasi (ilham), dan fungsi rekreatif (rasa yang menyenangkan).
2.1. Kegunaan edukatif
(sebagai pelajaran)
Mempelajari sejarah
berarti belajar dari pengalaman yang pernah dilakukan masyarakat, baik pada
masa sekarang atau masyarakat sebelumnya.[2]
Keberhasilan di masa lampau akan dapat memberi pengalaman pada masa sekarang.
Sebaliknya, kesalahan masyarakat di masa lampau akan menjadi pelajaran berharga
yang harus diwaspadai di masa kini.
Bung Karno menjelaskan dalam
Pidato beliau pada Hari Ulang Tahun Proklamasi VI[3]
sebagai berikut,
Dari mempelajari sejarah
orang bisa menemukan hukum-hukum yang menguasai kehidupan manusia. Salah satu
hukum itu ialah : bahwa tidak ada bangsa bisa menjadi besar zonder kerja.
Terbukti dalam sejarah segala zaman, bahwa kebesaran bangsa dan kemakmuran
tidak pernah jatuh gratis dari langit. Kebesaran bangsa dan kemakmuran selalu
“kristalisasi” keringat. Ini adalah hukum, yang kita temukan
dari mempelajari sejarah.
Dengan belajar sejarah kita juga dapat berbuat bijaksana
untuk menghadapi masa depan (ingat belajar sejarah akan bijaksana lebih
dahulu). Maksudnya kesalahan pada masa lalu dapat dihindarkan dan kebaikan pada
masa lalu dapat ditiru dan dimodifikasi untuk pengembangan. Oleh karena itu,
belajarlah dari sejarah karena sejarah dapat mengajarkan kita apa yang telah
dilakukan sebelumnya.
2.2. Kegunaan inspiratif
Berbagai kisah sejarah yang terjadi memberikan inspirasi bagi
pembaca atau pendengarnya.[4] Kisah-kisah
perjuangan yang membuahkan hasil setelah mengalami banyak kesulitan dan
penderitaan, akan membangkitkan semangat generasi sekarang untuk berjuang dan
percaya kepada hasil yang akan dicapainya. Begitu pula kisah-kisah kegagalan,
memberikan peringatan untuk menghindarinya, mengevaluasi dan memodifikasinya
menjadi keberhasilan.
2.3. Kegunaan rekreatif
Kisah-kisah sejarah dapat
memberikan hiburan yang segar. Dengan gaya penulisan yang komunikatif sejarah
dapat memberikan kesenangan. Maka pembaca sejarah berekreasi tanpa beranjak
dari tempat. Karena bukan hanya terhibur oleh bacaan seperti membaca novel,
pembaca sejarah juga dapat menyaksikan peristiwa-peristiwa yang telah lampau di
tempat-tempat yang dekat dan yang jauh.[5]
Proses rekreasi terhadap berbagai peristiwa di masa lampau
memungkinkan orang membuat perbandingan-perbandingan dari berbagai macam
situasi dalam ruang dan waktu yang berbeda. Peristiwa lampau memang sudah
berlalu, tetapi situasi masa kini adalah akibat dari situasi yang terjadi pada
masa lampau.[6]
Dengan demikian sejarah dapat membuat orang bercermin diri, bukan hanya bagi dirinya tetapi juga bagi
masyarakatnya.
No comments:
Post a Comment