Tuesday, November 28, 2017

Amar Ma'ruf Nahy Munkar

Oleh wahyu bhekti prasojo

Amar ma’ruf nahy munkar adalah memerintahkan semua kebaikan yang ada dalam syari’at. Ia adalah tugas utama para nabi dan rasul sejak Adam as, sampai Muhammad saw. Imam Al Ghazali meyebutnya sebagai bagian terbesar dari agama.
Allah swt berfirman dalam Surah Ali Imran ayat 104.
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh dengan cara yang makruf dan mencegah kemunkaran; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran [3]:104).
كنتم خير أمة أخرجت للناس تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر وتؤمنون بالله ولو آمن أهل الكتاب لكان خيرا لهم منهم المؤمنون وأكثرهم الفاسقون
Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS Ali Imran[3] : 110)
Dari sekian banyak sarana dakwah yang diketahui, amar ma’ruf nahy munkar adalah sarana terbesarnya. Meyuruh manusia, memandu dan membimbing mereka kepada perbuatan yang seharusnya ia lakukan, mencegah mereka dari hal-hal yang seharusnya dijauhi. Ia adalah perjuangan untuk melindungi kemanusiaan dari kehinaan, kebinasaan dan kepunahan. Diriwayatkan dari sahabat Nabi, Nu’man bin Basyir ra, bahwa beliau saw bersabda,
" مَثَلُ القَائِمِ عَلَى حُدُودِ اللَّهِ وَالوَاقِعِ فِيهَا، كَمَثَلِ قَوْمٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ، فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلاَهَا وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا، فَكَانَ الَّذِينَ فِي أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنَ المَاءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ، فَقَالُوا: لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا فِي نَصِيبِنَا خَرْقًا وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا، فَإِنْ يَتْرُكُوهُمْ وَمَا أَرَادُوا هَلَكُوا جَمِيعًا، وَإِنْ أَخَذُوا عَلَى أَيْدِيهِمْ نَجَوْا، وَنَجَوْا جَمِيعًا "
Artinya, “Perumpamaan orang yang melanggar aturan Allah dengan orang yang menegakkannya adalah seperti suatu kaum yang berada di atas kapal, sebagian di atas dan sebagian lagi di bawah. Ketika orang-orang di bagian bawah ingin mengambi air, mereka haus melewati orang-orang di bagian atas. Mereka lalu berkata, ‘Kita lubangi saja bagian bawah ini sehingga kita tak perlu mengganggu orang-orang di atas kita.’ Jika mereka itu dibiarkan dengan keinginan mereka, semuanya akan binasa; jika dilarang, semuanya akan selamat.” (HR. Bukhary)
Maka kebinasaan ummat manusia dan kemanusiaan sesungguhnya adalah akibat kelalaian manusia itu sendiri. Dari Hudzayfah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda,
«وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ المُنْكَرِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُونَهُ فَلَا يُسْتَجَابُ لَكُمْ»
Artinya, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh kalian harus menyuruh yang ma’ruf dan harus mencegah dari yang munkar atau segera Allah kirimkan azabnya atasmu, kemudian ketika kalian berdo’a, tidak dikabulkan doa kalian itu.” (HR. At Tirmidzy)

No comments:

Post a Comment