Thursday, November 15, 2018

Rahasia dipilihnya Jazirah Arab sebagai Tempat Turunnya Islam

Oleh Wahyu Bhekti Prasojo Masa sebelum hingga menjelang kelahiran Rasulullah adalah masa kegelapan bagi peradaban manusia. Di bagian barat manusia mengagungkan akal dan materi sehingga membangkang perintah-perintah agama dalam kitab-kitab suci yangn ada pada mereka. Bahkan mereka karena memperturutkan hawa nafsu, berani mengubah isi kitab suci sesuai kepentingan mereka. Di sebelah timur manusia terjebak dalam spiritualisme yang penuh khayalan dan khurofat. Sehingga menghinakan diri mereka menyembah kepada hewan, pohon dan batu atau berhala yang mereka buat sendiri, manifestasi dewa-dewa dalam khayalan mereka. Secara akhlaq, manusia di kedua belahan bumi itu sama saja. Mereka menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Satu golongan menindas golongan yang lain dengan alasan perbedaan ras, kasta, status sosial dan derajat keagamaan. Nilai kaum perempuan sangat rendah, menjadi permainan bangsa-bangsa yang suka berperang dan menumpahkan darah hanya demi nafsu kekuasaan. Semua itu mereka lakukan berdasarkan pembenaran dari kitab-kitab suci yang mereka ubah-ubah atau ajaran agama yang disusun oleh sebagain elit agama sesuai nafsu dan kepentingan mereka. Seolah agama dan kitab sucilah yang menyuruh mereka melakukan kebejatan moral semacam itu. Sementara itu orang-orang di jazirah Arab tidak memiliki warisan budaya semacam itu. Jiwa mereka hidup bebas berdasarkan instinknya yang paling dasar. Jika mereka melakukan perbuatan buruk semata-mata karena hawa nafsunya tanpa mereka landaskan kepada dalil-dalil ayat suci atau ajaran agama. Mereka juga mengalami kemerosotan akhlaq, menghalalkan judi, menghinakan kaum perempuan, suka berperang dan lain-lain. Tapi itu semua disebabkan ketidaktahuan mereka. Kondisi ini lebih cocok bagi tempat lahirnya sebuah gerakan pembaharuan ketimbang tempat-tempat lain di sekitarnya. Selanjutnya, sesungguhnya Allah telah menentukan jazirah arab dan mempersiapkannya sebagai tempat bermulanya da’wah Islam dengan faktor-faktor yang mendukung baginya yaitu : 1. Adanya bangunan ka’bah, yaitu bangunan pertama yang khusus dibangun untuk menyembah Allah. Ini adalah kehendak Allah untuk mengingatkan manusia akan symbol Tauhid yang telah diajarkanNya melalui para nabi yang diutusNya. Sangat lazim jika tempat dimana bermulanya risalah tauhid diajarkan, juga menjadi tempat penutup dan penyempurna risalah tauhid itu. 2. Letak geografis jazirah arab yang strategis. Yang pertama secara geografis Jazirah arab memang seolah-olah berada di pusat dunia. Ia diapit oleh wilayah-wilayah berpenduduk ramai di utara, barat dan timur. Sedangkan di selatan adalah laut. Dengan situasi semacam itu, berita tumbuh dan berkembangnya Islam yang terjadi di sana dapat dengan cepat tersebar dan diketahui orang banyak. Hal ini tentu berbeda jika Islam diturunkan di tengah-tengah Afrika misalnya. Kondisi ini juga menempatkan jazirah arab di tengah peradaban-peradaban besar dunia yang kelak ditaklukkan Islam di masa datang. Yang berikutnya, Jazirah Arab juga terletak pada jalur perdagangan bangsa-bangsa. Mereka yang datang dari barat (afrika terutama bagian utara), barat laut dan utara (eropa) lewat darat (jalur sutra atau silk road) bertemu dengan yang dari timur (india dan tiongkok) dan selatan (asia tenggara) di jazirah arab melalui jalur pelayaran (sea road)yaitu di pelabuhan-pelabuhan Yaman. 3. Faktor bahasa Arab. Bahasa Arab adalah bahasa yang tidak banyak mengandung kiasan-kiasan. Idiom-idiomnya menjelaskan maksud dan arti kata sebagaimana adanya, tidak ada sayap-sayap. Karakter bahasa semacam inilah yang sesuai untuk menjelaskan hakikat, maksud dan tujuan-tujuan sebuah agama dan kitab suci, dalam hal ini Islam dan Al Qur'an dengan benar dan jelas. Bahasa Arab juga adalah bahasa yang sangat detail membedakan suatu hakikat dengan hakikat yang lainnya. Karakter bahasa seperti ini juga sangat baik untuk menjelaskan maksud dari pernyataan-pernyataan. 4. Selanjutnya menurut Syaikh An Nadawi adanya faktor kelebihan karakteristik bangsa Arab yaitu; hati mereka bersih, kebanyakan mereka memiliki kemauan yang kuat, suka berterus terang dan to the point, mereka menghormati kejujuran, kuat menjaga amanah dan berani serta mereka itu pada umumnya berjiwa bebas dan egaliter. Karakter semacam ini, menurut Syaikh Mubarakfury disebabkan karena belum adanya agama atau peradaban besar yang mempengaruhi pola fikir bangsa Arab ketika itu. Syaikh Ramadhan Al Buthi menjelaskan hal ini membuat pola fikir bangsa Arab pada umumnya masih bersih dari ideology-ideologi (ummy). Kondisi ini lebih cocok untuk menyemaikan suatu ajaran baru karena hati dan jiwa yang masih bersih (kosong) tentu lebih mudah menerima suatu pengetahuan ketimbang hati dan jiwa yang sudah terisi pengetahuan sebelumnya. Juga karena kondisi jazirah yang kering dan berbukit-bukit membuatnya bebas dari incaran bangsa-bangsa lain, sehingga melahirkan jiwa-jiwa bebas dan pemberani. Karakter ini bersama karakter-karakter yang disebutkan Syaikh An Nadawi sebelumnya terbukti sangat dibutuhkan bagi perjuangan menyebarkan kebenaran Islam di kemudian hari. Semua hal yang disebutkan ini adalah unsur-unsur yang dipersiapkan Allah swt bagi lahirnya seorang yang akan membawa risalahNya yang terakhir dari negeri yang diinginkanNya, yaitu jazirah Arab. Tidaklah mungkin pada situasi saat itu, akan ditemui faktor-faktor itu di wilayah-wilayah Romawi, Persia, India atau Tiongkok.

No comments:

Post a Comment