Potensi
Kebangkitan (Ummat) Islam
1. Janji Kebangkitan Islam
Allah Subahanahu wa ta’ala berfirman,
وعد الله الذين آمنوا منكم وعملوا الصالحات ليستخلفنهم في الأرض كما استخلف
الذين من قبلهم وليمكنن لهم دينهم الذي ارتضى لهم وليبدلنهم من بعد خوفهم أمنا
يعبدونني لا يشركون بي شيئا ومن كفر بعد ذلك فأولئك هم الفاسقون
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu
dan mengerjakan amal-amal yang shaleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang
sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang
telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan)
mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka
tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan
barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah
orang-orang yang fasik.(QS An Nur
55).
Juga firmanNya,
يا أيها الذين آمنوا إن تنصروا الله ينصركم ويثبت
أقدامكم
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya
Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.(QS Muhammad 7).
Sabda Rasulullah
shallallahu ‘alayhi wasalam,
حَدَّثَنَا
سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ، حَدَّثَنِي دَاوُدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ
الْوَاسِطِيُّ، حَدَّثَنِي حَبِيبُ بْنُ سَالِمٍ،عن النعمان بن بشير قال: -كنا قعودا في المسجد مع
رسول الله صلى الله عليه وسلم وكان بشير رجل يكف حديثه فجاء أبو ثعلبة الخشني فقال
يا بشير بن سعد أتحفظ حديث رسول الله صلى الله عليه وسلم في الأمراء فقال حذيفة
أنا أحفظ خطبته فجلس أبو ثعلبة فقال حذيفة قال رسول الله صلى الله عليه وسلم تكون
النبوة فيكم ما شاء الله أن تكون ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها ثم تكون خلافة على
منهاج النبوة فتكون ما شاء الله أن تكون ثم يرفعها إذا شاء الله أن يرفعها ثم تكون
ملكا عاضا فيكون ما شاء الله أن يكون ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها ثم تكون ملكا
جبرية فتكون ما شاء الله أن تكون ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها ثم تكون خلافة على
منهاج النبوة ثم سكت قال حبيب فلما قام عمر بن عبد العزيز وكان يزيد بن النعمان بن
بشير في صحابته فكتبت إليه بهذا الحديث أذكره إياه فقلت له إني أرجو أن يكون أمير
المؤمنين يعني عمر بعد الملك العاض والجبرية فأدخل كتابي على عمر بن عبد العزيز
فسر به وأعجبه (رواه أحمد)[1]
Artinya: Dari Nu’man bin Basyiir berkata:
Suatu saat kami sedang duduk bersama Rasulullah SAW, dan Basyir adalah orang
yang dapat menahan perkataan. Maka datang Abu Tsa’labah Al-Khasyani dan
berkata:”Wahai Basyir bin Sad apakah engkau hafal tentang hadits Rasulullah SAW
pada masalah kepemimpinan. Berkata Hudzaifah:” Saya hafal ungkapannya. Maka
duduklah Abu Tsa’alabah, maka Hudzaifah berkata: Rasulullah SAW bersabda:”
Kalian akan mengalami masa kenabian sampai Allah menghendaki kemudian Allah
angkat (masa kenabian tersebut) jika Allah menghendakinya. Seterusnya masa
khilafah dengan manhaj kenabian sampai Allah menghendaki, kemudian Allah
mengangkatnya jika Allah menghendakinya. Seterusnya masa raja yang menggigit
sampai Allah menghendakinya, kemudian Allah mengangkatnya jika Allah
menghendakinya. Seterusnya masa raja diktator sampai Allah menghendakinya, kemudian
Allah mengangkatnya jika Allah menghendakinya. Seterusnya masa khilafah dengan
manhaj kenabian, kemudian diam” Berkata Habib:”Pada saat Umar bin Abdul Aziz
menjadi khilafah dan Yazid bin an-Nu’man bin Basyir adalah teman Umar bin Abdul
Aziz. Maka saya tulis kepada hadits ini, mengingatkannya dan aku berkata
kepadanya:”Saya berharap Amiril Mu’minin yakni Umar setelah (sebelumnya
dikuasai) raja yang menggigit dan raja yang diktator. Saya masukan surat ini
padanya, dan ia senang dan merasa kagum (pada hadits ini) (HR Ahmad).
Dan sabda beliau,
حَدَّثَنَا
سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ الْمَهْرِيُّ، أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِي
سَعِيدُ بْنُ أَبِي أَيُّوبَ، عَنْ شَرَاحِيلَ بْنِ يَزِيدَ الْمُعَافِرِيِّ، عَنْ
أَبِي عَلْقَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، فِيمَا أَعْلَمُ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ لِهَذِهِ
الْأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِينَهَا» .
قَالَ أَبُو دَاوُدَ: «رَوَاهُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ شُرَيْحٍ الْإِسْكَنْدَرَانِيُّ،
لَمْ يَجُزْ بِهِ شَرَاحِيلَ»[2]
Artinya: Sesungguhnya Allah membangkitkan pada tiap awal 100 tahun
orang yang memperbaharui agamanya.(HR Abu Daud).
2. Faktor-faktor Material Kebangkitan Ummat
Islam
Paul Schmidt
sebagaimana dikutip Yusuf Al Qaradhawy menyebutkan tiga komponen kekuatan Islam
di belahan timur[3] yaitu:
1. Kekuatan Islam sebagai dien atau
agama; keyakinan kepadanya dan pada nilai idealismenya; kekuatannya dalam
mempersaudarakan berbagai suku bangsa, ras dan tsaqafah (budaya dan
peradaban).
2. Sumber kekayaan alam yang melimpah ruah
di tanah timur Islam yang terbentang dari Samudra Atlantik sampai Lautan Teduh,
yang dibatasi Maroko di sebelah barat dan Indonesia di sebelah timur. Umat
Islam memiliki 66% minyak mentah dunia, memproduksi 70% karet dunia, 56% minyak
sawit dan 67% rempah-rempah.[4] Jika
potensi alam ini dikelola dengan baik untuk persatuan perekonomian
bangsa-bangsa muslim, sehingga mereka menjadi kuat dan mampu memenuhi kebutuhan
secara mandiri, ummat Islam sesungguhnya tidak perlu lagi kepada Eropa dan
negara-negara barat lainnya.
3. Kesuburuan fertilitas (kelahiran) pada
negara-negara berpenduduk muslim, yang berdampak pada besarnya jumlah kaum
muslimin sedunia. Saat ini kita dapat menemukan satu orang muslim di antara
lima orang penduduk dunia.[5] Jika jumlah
yang besar ini dapat disatukan dalam koordinasi yang baik, ia dapat memperkokoh
kekuatan yang sudah ada.
4. Di samping itu Tudrus Nadzir Ahmad Khan
menyebutkan beberapa factor lagi kekuatan dunia Islam yaitu: letak negara-negara
muslim yang strategis dalam satu mata rantai yang bersambung wilayahnya mulai
dari Indonesia di Asia sampai Maroko di Afrika.[6]
5. Kemudian dalam konstelasi politik dunia, ada 36 negara berpenduduk
muslim dari 113 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa.[7] Jika
negara-negara ini bersatu pendapat, mereka akan dapat mempengaruhi wajah dunia.
Daftar Pustaka
Qaradhawy, Yusuf,
1997, Fiqih Tajdid dan Shahwah Islamiyah, alih bahasa Nabhani
Idris, Islamuna Press, Jakarta.
_______________,2004, Konsep
Islam Solusi Utama Bagi Ummat, alih bahasa M. Wahib Aziz Lc, Senayan
Abadi Publishing, Jakarta.
Asy Syaibani, Abu Abdullah bin Ahmad
bin Muhammad bin Hanbal, Al Musnad Imam Ahmad bin Hanbal,(2001),
Mu’asasah ar Risalah.
Asy Syakhisytani, Abu Daud Sulayman
bin al Asy’ats bin Ishaq bin Basyir bin Syadad bin Amru al Azdy, Sunan
Abu Daud, Al Maktabah al ‘Ashriyah Beyrut.
[1]
Abu Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Hanbal Asy
Syaibani, Al Musnad Imam Ahmad bin Hanbal,(2001), Mu’asasah ar Risalah,
juz 30, h.335.
[2]
Abu Daud Sulayman bin al Asy’ats bin Ishaq bin Basyir
bin Syadad bin Amru al Azdy asy Syakhisytani, Sunan Abu Daud,Al Maktabah
al ‘Ashriyah Beyrut, Juz 4 h 109.
[3]Yusuf Qaradhawy, 1997, Fiqih Tajdid dan Shahwah Islamiyah,
alih bahasa Nabhani Idris, Islamuna Press, Jakarta, h. 177-178.
[4]Yusuf Qaradhawy,2004, Konsep Islam Solusi Utama Bagi Ummat, alih bahasa
M. Wahib Aziz Lc, Senayan Abadi Publishing, Jakarta, h.15.
[5]Loc.cit.
[6]Ibid, h.14.
No comments:
Post a Comment