Thursday, February 25, 2016

Potensi Kebangkitan (Ummat) Islam
1. Janji Kebangkitan Islam
Allah Subahanahu wa ta’ala berfirman,
وعد الله الذين آمنوا منكم وعملوا الصالحات ليستخلفنهم في الأرض كما استخلف الذين من قبلهم وليمكنن لهم دينهم الذي ارتضى لهم وليبدلنهم من بعد خوفهم أمنا يعبدونني لا يشركون بي شيئا ومن كفر بعد ذلك فأولئك هم الفاسقون
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shaleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.(QS An Nur 55).
Juga firmanNya,
يا أيها الذين آمنوا إن تنصروا الله ينصركم ويثبت أقدامكم
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.(QS Muhammad 7).
            Sabda Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasalam,
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ، حَدَّثَنِي دَاوُدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْوَاسِطِيُّ، حَدَّثَنِي حَبِيبُ بْنُ سَالِمٍ،عن النعمان بن بشير قال: -كنا قعودا في المسجد مع رسول الله صلى الله عليه وسلم وكان بشير رجل يكف حديثه فجاء أبو ثعلبة الخشني فقال يا بشير بن سعد أتحفظ حديث رسول الله صلى الله عليه وسلم في الأمراء فقال حذيفة أنا أحفظ خطبته فجلس أبو ثعلبة فقال حذيفة قال رسول الله صلى الله عليه وسلم تكون النبوة فيكم ما شاء الله أن تكون ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها ثم تكون خلافة على منهاج النبوة فتكون ما شاء الله أن تكون ثم يرفعها إذا شاء الله أن يرفعها ثم تكون ملكا عاضا فيكون ما شاء الله أن يكون ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها ثم تكون ملكا جبرية فتكون ما شاء الله أن تكون ثم يرفعها إذا شاء أن يرفعها ثم تكون خلافة على منهاج النبوة ثم سكت قال حبيب فلما قام عمر بن عبد العزيز وكان يزيد بن النعمان بن بشير في صحابته فكتبت إليه بهذا الحديث أذكره إياه فقلت له إني أرجو أن يكون أمير المؤمنين يعني عمر بعد الملك العاض والجبرية فأدخل كتابي على عمر بن عبد العزيز فسر به وأعجبه (رواه أحمد)[1]

Artinya: Dari Nu’man bin Basyiir berkata: Suatu saat kami sedang duduk bersama Rasulullah SAW, dan Basyir adalah orang yang dapat menahan perkataan. Maka datang Abu Tsa’labah Al-Khasyani dan berkata:”Wahai Basyir bin Sad apakah engkau hafal tentang hadits Rasulullah SAW pada masalah kepemimpinan. Berkata Hudzaifah:” Saya hafal ungkapannya. Maka duduklah Abu Tsa’alabah, maka Hudzaifah berkata: Rasulullah SAW bersabda:” Kalian akan mengalami masa kenabian sampai Allah menghendaki kemudian Allah angkat (masa kenabian tersebut) jika Allah menghendakinya. Seterusnya masa khilafah dengan manhaj kenabian sampai Allah menghendaki, kemudian Allah mengangkatnya jika Allah menghendakinya. Seterusnya masa raja yang menggigit sampai Allah menghendakinya, kemudian Allah mengangkatnya jika Allah menghendakinya. Seterusnya masa raja diktator sampai Allah menghendakinya, kemudian Allah mengangkatnya jika Allah menghendakinya. Seterusnya masa khilafah dengan manhaj kenabian, kemudian diam” Berkata Habib:”Pada saat Umar bin Abdul Aziz menjadi khilafah dan Yazid bin an-Nu’man bin Basyir adalah teman Umar bin Abdul Aziz. Maka saya tulis kepada hadits ini, mengingatkannya dan aku berkata kepadanya:”Saya berharap Amiril Mu’minin yakni Umar setelah (sebelumnya dikuasai) raja yang menggigit dan raja yang diktator. Saya masukan surat ini padanya, dan ia senang dan merasa kagum (pada hadits ini) (HR Ahmad).
            Dan sabda beliau,
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ الْمَهْرِيُّ، أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ أَبِي أَيُّوبَ، عَنْ شَرَاحِيلَ بْنِ يَزِيدَ الْمُعَافِرِيِّ، عَنْ أَبِي عَلْقَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، فِيمَا أَعْلَمُ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ لِهَذِهِ الْأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِينَهَا» . قَالَ أَبُو دَاوُدَ: «رَوَاهُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ شُرَيْحٍ الْإِسْكَنْدَرَانِيُّ، لَمْ يَجُزْ بِهِ شَرَاحِيلَ»[2]
Artinya: Sesungguhnya Allah membangkitkan pada tiap awal 100 tahun orang yang memperbaharui agamanya.(HR Abu Daud).
2. Faktor-faktor Material Kebangkitan Ummat Islam
Paul Schmidt sebagaimana dikutip Yusuf Al Qaradhawy menyebutkan tiga komponen kekuatan Islam di belahan timur[3] yaitu:
1. Kekuatan Islam sebagai dien atau agama; keyakinan kepadanya dan pada nilai idealismenya; kekuatannya dalam mempersaudarakan berbagai suku bangsa, ras dan tsaqafah (budaya dan peradaban).
2. Sumber kekayaan alam yang melimpah ruah di tanah timur Islam yang terbentang dari Samudra Atlantik sampai Lautan Teduh, yang dibatasi Maroko di sebelah barat dan Indonesia di sebelah timur. Umat Islam memiliki 66% minyak mentah dunia, memproduksi 70% karet dunia, 56% minyak sawit dan 67% rempah-rempah.[4] Jika potensi alam ini dikelola dengan baik untuk persatuan perekonomian bangsa-bangsa muslim, sehingga mereka menjadi kuat dan mampu memenuhi kebutuhan secara mandiri, ummat Islam sesungguhnya tidak perlu lagi kepada Eropa dan negara-negara barat lainnya.
3. Kesuburuan fertilitas (kelahiran) pada negara-negara berpenduduk muslim, yang berdampak pada besarnya jumlah kaum muslimin sedunia. Saat ini kita dapat menemukan satu orang muslim di antara lima orang penduduk dunia.[5] Jika jumlah yang besar ini dapat disatukan dalam koordinasi yang baik, ia dapat memperkokoh kekuatan yang sudah ada.
4. Di samping itu Tudrus Nadzir Ahmad Khan menyebutkan beberapa factor lagi kekuatan dunia Islam yaitu: letak negara-negara muslim yang strategis dalam satu mata rantai yang bersambung wilayahnya mulai dari Indonesia di Asia sampai Maroko di Afrika.[6]
5. Kemudian dalam konstelasi politik dunia, ada 36 negara berpenduduk muslim dari 113 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa.[7] Jika negara-negara ini bersatu pendapat, mereka akan dapat mempengaruhi wajah dunia.
Daftar Pustaka
Qaradhawy, Yusuf, 1997, Fiqih Tajdid dan Shahwah Islamiyah, alih bahasa Nabhani Idris, Islamuna Press, Jakarta.
_______________,2004, Konsep Islam Solusi Utama Bagi Ummat, alih bahasa M. Wahib Aziz Lc, Senayan Abadi Publishing, Jakarta.
Asy Syaibani, Abu Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Al Musnad Imam Ahmad bin Hanbal,(2001), Mu’asasah ar Risalah.
Asy Syakhisytani, Abu Daud Sulayman bin al Asy’ats bin Ishaq bin Basyir bin Syadad bin Amru al Azdy, Sunan Abu Daud, Al Maktabah al ‘Ashriyah Beyrut.




[1] Abu Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Hanbal Asy Syaibani, Al Musnad Imam Ahmad bin Hanbal,(2001), Mu’asasah ar Risalah, juz 30, h.335.
[2] Abu Daud Sulayman bin al Asy’ats bin Ishaq bin Basyir bin Syadad bin Amru al Azdy asy Syakhisytani, Sunan Abu Daud,Al Maktabah al ‘Ashriyah Beyrut, Juz 4 h 109.
[3]Yusuf Qaradhawy, 1997, Fiqih Tajdid dan Shahwah Islamiyah, alih bahasa Nabhani Idris, Islamuna Press, Jakarta, h. 177-178.
[4]Yusuf Qaradhawy,2004, Konsep Islam Solusi Utama Bagi Ummat, alih bahasa M. Wahib Aziz Lc, Senayan Abadi Publishing, Jakarta, h.15.   
[5]Loc.cit.
[6]Ibid, h.14.
[7]Ibid, h.15.

No comments:

Post a Comment