Wednesday, February 17, 2016

URGENSI TASAUF UNTUK PENYUCIAN JIWA DA’I – DA’IYAH
            Sesungguhnya para aktivis da’wah di jalan Allah adalah orang-orang yang semestinya pertama sekali menghiasi dirinya dengan akhlaq yang mulia, sebelum orang lain. Sepeti jujur, amanah, penyantun, pema’af, tawadhu’, dan murah hati. Mereka pula yang seharusnya pertama kali melepaskan diri dari dusta dan nifaq, benci dan mudah tersinggung, sombong dan angkuh serta kikir. Sehingga ada kesesuaian antara teori dan realita dari risalah yang sedang mereka da’wahkan. Jika terlihat kesenjangan antara teori yang mereka sampaikan dengan apa yang mereka amalkan, maka sulit untuk mengharapkan ummat tertarik dengan da’wah. Mereka mungkin akan enggan bahkan menolak dengan terang-terangan terhadap usaha-usaha da’wah Islam.
            Di sinilah nilai penting tasawuf bagi para da’i. Sebagai jalan yang ditempuh  para sufi untuk mendekatkan diri atau menuju Tuhan dengan cara penyucian hati, tasawuf adalah jalan yang mestinya ditempuh juga oleh para da’i. karena dengan penyucian hati inilah sifat-sifat mulia dapat dimiliki dan sifat-sifat tercela dapat dihapuskan. Penyucian hati juga dikenal dengan istilah tazkiyatunnafs.
Menurut Said Hawwa, tazkiyah secara etimologis memiliki makna: takhalli (pengosongan jiwa dari sifat-sifat tercela) dan tahalli (penumbuhan sifat-sifat terpuji dalam jiwa). Demikian pula maknanya secara istilah. Zakatun nafsi, artinya tathahhur (penyucian) jiwa dari segala penyakit dan cacat, kemudian tahaqquq (merealisasikan) berbagai maqam yang ada padanya dan takhalluq (menjadikan asma’ dan shifat Allah sebagai akhlaq).
            Di antara pengaruh yang diharapkan bagi diri orang-orang yang menempuh jalan pensucian diri ini adalah terealisasinya nilai-nilai tauhid, ikhlas, sabar, syukur, jujur, santun, harap-harap cemas dan cinta kepada Allah dalam hatinya. Juga terhindarnya jiwa dari hal-hal yang bertentangan dengan sifat-sifat di atas seperti riya’, ujub, ghurur, takabbur, hasad, bakhil, dan marah, baik karena godaan nafsu atau karena gangguan syetan. Sehingga jiwa tersucikan dan hasilnya terkendalinya anggota badan sesuai aturan Allah dalam interaksi pribadi, keluarga, tetangga, masyarakat dan masyarakat pada umumnya.
فبما رحمة من الله لنت لهم ولو كنت فظا غليظ القلب لانفضوا من حولك فاعف عنهم واستغفر لهم وشاورهم في الأمر فإذا عزمت فتوكل على الله إن الله يحب المتوكلين
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (QS Ali Imran 159)


Dari Said Hawwa, Mensucikan Jiwa, Intisari Ihya Ulumudin, Robbani Press.

No comments:

Post a Comment