URGENSI TASAUF UNTUK PENYUCIAN
JIWA DA’I – DA’IYAH
Sesungguhnya para aktivis da’wah di jalan Allah adalah
orang-orang yang semestinya pertama sekali menghiasi dirinya dengan akhlaq yang
mulia, sebelum orang lain. Sepeti jujur, amanah, penyantun, pema’af, tawadhu’,
dan murah hati. Mereka pula yang seharusnya pertama kali melepaskan diri dari
dusta dan nifaq, benci dan mudah tersinggung, sombong dan angkuh serta
kikir. Sehingga ada kesesuaian antara teori dan realita dari risalah yang
sedang mereka da’wahkan. Jika terlihat kesenjangan antara teori yang mereka
sampaikan dengan apa yang mereka amalkan, maka sulit untuk mengharapkan ummat
tertarik dengan da’wah. Mereka mungkin akan enggan bahkan menolak dengan
terang-terangan terhadap usaha-usaha da’wah Islam.
Di sinilah nilai penting tasawuf bagi para da’i. Sebagai
jalan yang ditempuh para sufi untuk
mendekatkan diri atau menuju Tuhan dengan cara penyucian hati, tasawuf adalah
jalan yang mestinya ditempuh juga oleh para da’i. karena dengan penyucian hati
inilah sifat-sifat mulia dapat dimiliki dan sifat-sifat tercela dapat
dihapuskan. Penyucian hati juga dikenal dengan istilah tazkiyatunnafs.
Menurut Said
Hawwa, tazkiyah secara etimologis memiliki makna: takhalli (pengosongan
jiwa dari sifat-sifat tercela) dan tahalli (penumbuhan sifat-sifat
terpuji dalam jiwa). Demikian pula maknanya secara istilah. Zakatun nafsi,
artinya tathahhur (penyucian) jiwa dari segala penyakit dan cacat,
kemudian tahaqquq (merealisasikan) berbagai maqam yang ada
padanya dan takhalluq (menjadikan asma’ dan shifat Allah
sebagai akhlaq).
Di
antara pengaruh yang diharapkan bagi diri orang-orang yang menempuh jalan
pensucian diri ini adalah terealisasinya nilai-nilai tauhid, ikhlas, sabar,
syukur, jujur, santun, harap-harap cemas dan cinta kepada Allah dalam hatinya.
Juga terhindarnya jiwa dari hal-hal yang bertentangan dengan sifat-sifat di
atas seperti riya’, ujub, ghurur, takabbur, hasad, bakhil, dan marah, baik
karena godaan nafsu atau karena gangguan syetan. Sehingga jiwa tersucikan dan
hasilnya terkendalinya anggota badan sesuai aturan Allah dalam interaksi
pribadi, keluarga, tetangga, masyarakat dan masyarakat pada umumnya.
فبما رحمة من الله لنت لهم ولو كنت فظا غليظ القلب لانفضوا
من حولك فاعف عنهم واستغفر لهم وشاورهم في الأمر فإذا عزمت فتوكل على الله إن الله
يحب المتوكلين
Maka disebabkan rahmat dari
Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap
keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (QS Ali Imran 159)
Dari Said Hawwa, Mensucikan Jiwa, Intisari Ihya Ulumudin,
Robbani Press.
No comments:
Post a Comment