Thursday, February 25, 2016

Peranan Pemuda Dalam Perjuangan Kemerdekaan Nasional
Oleh: Wahyu Bhekti Prasojo
Masa muda adalah suatu periode usia yang memiliki kelebihan tersendiri. Pemuda mempunyai kekuatan yang lebih secara fisik dan semangat bila dibanding dengan anak kecil atau orang-orang jompo. Oleh karena itu sejak dulu hingga sekarang adalah pilar kebangkitan ummat. Al Qur’an mensinyalir hal ini dalam menceritakan tentang ashabul kahfi, sebagai berikut:
نحن نقص عليك نبأهم بالحق إنهم فتية آمنوا بربهم وزدناهم هدى
Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk; (QS Al Kahfi: 13).
Dimana saja, di negara mana saja kemerdekaan tak pernah luput dari peran pemuda. Karena pemudalah yang paling bersemangat dan ambisius memperjuangkan perubahan. Banyak pemuda berbaris dalam gerakan Rasulullah memperjuangkan kemerdekaan hakiki dari penjajahan kemusyrikan. Tidak sedikit dari mereka yang memegang tugas penting dalam dakwah Islam. Kita mengenal Mushaib bin Umair, Duta Islam pertama, pembawa risalah Islam kepada penduduk Yatsrib (Madinah). Adalah seorang remaja Quraisy terkemuka.[1] Kita juga tentu mengenal Ali bin Abi Tholib,  yang masuk Islam sejak kanak-kanak, dan sejak itu tidak pernah absen membela Islam. Bahkan Umar bin Khattab, masuk Islam dan menjadi pembela Nabi saw pada usia 27 tahun.
Begitu pun di Indonesia, pemuda memegang peran yang sangat penting dalam gerakan perlawanan terhadap kolonialisme yang telah menjajah bangsa ini ber abad-abad lamanya. Sehingga wajar jika ada yang mengatakan bahwa Revolusi Agustus 1945 adalah revolusi pemuda. Bahkan seluruh rentetan pergerakan yang bermuara kepada Revolusi Agustus tersebut adalah Revolusi Pemuda.
Organisasi Pergerakan Pemuda di Indonesia
Pada Konggres Pemuda yang kedua tahun 1928, sejarah pergerakan nasional kita mencatat berbagai macam kelompok pemuda seperti,  Tri Koro Dharmo, Jong Islamieten Bond, Jong Sumatra, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Borneo, dan sebagainya.[2] Konggres ini kemudian yang melahirkan sumpah pemuda.
Dari nama-namanya, dengan mudah kita dapat mengidentifikasi mereka sebagai gerakan pemuda. Tetapi jika kita mundur sedikit kebelakang, maka akan kita temui bahwa sudah ada pergerakan pemuda, yang memang digerakkan oleh para pemuda, yang tidak menggunakan nama “jong” (pemuda). Misalnya, Partai Nasional Indonesia yang berdiri pada 4 Juni 1927. Bung Karno, sang pendiri, ketika itu,  usianya baru mencapai 27 tahun.[3]  
Lebih kebelakang lagi, ada Boedi Oetomo ( BO ) pada tamggal 20 Mei 1908,  adalah sebuah organisasi pemuda yang didirikan oleh Dr. Sutomo dan para mahasiswa  STOVIA  yaitu  Gunawan Mangunkusumo dan  Soeraji pada tanggal 20 Mei 1908.[4] Digagaskan oleh Dr.Wahidin Sudirohusodo. Mereka ini juga adalah para pemuda.
Begitu pula jika menengok kepada pergerakan Islam yang mula-mula muncul di Indonesia, sesungguhnya adalah gerakan para pemuda. HOS Cokroaminoto, saat menjadi ketua Sarekat Islam, usianya baru 29 tahun.[5]  Kiai Haji Mas Mansur, saat mendirikan Nahdhatul Wathan pada tahun 1916, baru berusia 20 tahun.[6] Demikian pula dengan KH Wahab Hasbullah, penggagas Taswirul Afkar dan Nahdhatul Wathan yang pada 1926 menjadi gerakan Nahdhatul Ulama.[7]
Mengembalikan Jiwa Kepeloporan Pemuda
Belajar dari kemuliaan para pendahulu kita di atas, sesungguhnya pemuda mempunyai banyak potensi, terutama potensi kepeloporan. Menurut Hasan Al Banna, pada pemuda ada sifat-sifat penting yang berharga bagi usaha-usaha perjuangan, yaitu; hati yang cerdas, nurani yang jernih, perasaan yang menggelora dan kemauan yang kuat.[8]
Hati yang cerdas adalah dasar bagi keimanan bagi keimanan yang mantap. Sebagaimana Allah berfirman,
ولقد ذرأنا لجهنم كثيرا من الجن والإنس لهم قلوب لا يفقهون بها ولهم أعين لا يبصرون بها ولهم آذان لا يسمعون بها أولئك كالأنعام بل هم أضل أولئك هم الغافلون
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS Al A’raf : 179).
Nurani yang jernih akan melahirkan keikhlasan atau niat dan motivasi yang benar. Niat saja mulai sekarang ,tapi yang baik-baik. Pemuda harus punya niat. Niat menumbuhkan kesungguhan dalam beramal, keseriusan dalam berfikir serta keteguhan dalam menghadapi penghalang. Niat yang sempurna adalah niat karena Allah dengan landasan iman.
حَدَّثَنَا الحُمَيْدِيُّ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الزُّبَيْرِ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ الأَنْصَارِيُّ، قَالَ: أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيُّ، أَنَّهُ سَمِعَ عَلْقَمَةَ بْنَ وَقَّاصٍ اللَّيْثِيَّ، يَقُولُ: سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَلَى المِنْبَرِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا، أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ»[9]
Rasulullah bersabda dalam sebuah hadist dari Umar bin Khatab bahwa barang siapa berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya,barang siapa berhijrah untuk dunia yang ia cari atau wanita yang akan dinikahi maka hijrahnya untuk yang ia niatkan. Dengan niat karena Allah kita akan mendapat ridho-Nya Insya Allah.
Perasaan yang menggelora menimbulkan semangat yang menyala-nyala sebagai sikap yang paling jelas terlihat pada umumnya pemuda. Perasaan yang menggelora ini sering membuat anak-anak muda mempunyai impian yang “berbeda”. Impian akan menimbulkan niat lalu usaha untuk mewujudkan cita-cita. Impian juga akan menimbulkan semangat, semangat ibarat api yang akan memicu ledakan potensi yang luar biasa.
Sedangkan kemauan yang kuat pada para pemuda akan melahirkan amal perbuatan.  Ya, berbuat, berani untuk melakukan aksi-aksi perubahan. Merubah diri sendiri dengan mengendalikan hawa nafsu, mencari ilmu dan memperbaiki ibadah.
Berani mencoba, bagaimana mungkin akan menang lomba lari jika mencoba mendaftar lomba saja tidak berani. Bayangkan Thomas Alfa Edison, berhasil menemukan bola lampu pada percobaan ke 14.000, berarti dia telah gagal dalam 13.999 percobaan. [10] Memulai adalah hal yang sulit kata sebagian orang , setelah itu akan berjalan lancar. Mulai dari yang kecil, ingin membersihkan bumi dari sampah? Mulailah dengan kita membuang sampah pada tempatnya. Tidak perlu ditunda-tunda mulai dari sekarang, tidak perlu menunggu orang lain mulai dari diri sendiri saja. Berani beraksi adalah wujud konsistensi kita pada iman yang kita yakini, cita-cita kita impikan.
Penutup
Tentunya tugas pemuda kedepan sangatlah besar dan mulia, selayaknya seorang pemuda memiliki jiwa patriotik, progressif, militan dan dinamis dalam mengemban tugas sejarah bangsa. Jika realitas pemuda hari ini jauh dari karakter dan jiwa tersebut, maka sadar atau tidak kita akan tergilas dan terseret oleh jalannya sejarah yang senantiasa berkembang dan bergerak....
Maka saatnyalah pemuda kembali mengobarkan semangat juangnya dan mengembalikan kecintaannya terhadap negara anugrah Allah ini. Dengan menyatukan diri dalam organisasi-organisasi kepemudaan, sehingga pemuda kembali memberikan angin segar terhadap Indonesia yang sudah hamper 70 tahun merdeka.
Sahabat, kita adalah pemuda. Perubahan ada di tangan kita. Mari kita mencari ilmu, membina diri dengan sekolah yang tekun, memperkokoh keyakinan, membina fisik dan menjaganya dari yang haram agar sehat dan kuat. Masa depan di tangan kita.
Daftar Pustaka
Buku:
Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah, Wacana Pergerakan Islam di Indonesia, Mizan, Bandung, 1995.
Hasan Al Banna, Majmu’at ar Rasa’il, alih bahasa Khozin Abu Faqih, I’tishom,  Jakarta, 2011.
Khalid Muhammad Khalid, Karakteristik Perihidup 60 Shahabat Rasulullah, alih bahasa Mahyudin Syaf dkk, Diponegoro, Bandung, 1998.
Muhammad bin Isma’il Abu Abdullah Al Bukhary Al Ja’fy, Shahih Bukhary, Dar ath Thuqoh an Najah,1422H.
Situs Internet:



[1] Khalid Muhammad Khalid, Karakteristik Perihidup 60 Shahabat Rasulullah, alih bahasa Mahyudin Syaf dkk, Diponegoro, Bandung, 1998, hal. 41.
[2] Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah, Wacana Pergerakan Islam di Indonesia, Mizan, Bandung, 1995, hal.185.
[3] Ahmad Mansur Suryanegara, ibid, hal.187.
[4] www.wikipedia.org/wiki/budi_utomo, waktu akses 28/8/2014, jam 13.00.
[5] Ahmad Mansur Suryanegara, op.cit, hal.186.
[6] Ibid, hal.187.
[7] Ibid, hal.225.
[8] Hasan Al Banna, Majmu’at ar Rasa’il, alih bahasa Khozin Abu Faqih, I’tishom,  Jakarta, 2011, hal.70.
[9] Muhammad bin Isma’il Abu Abdullah Al Bukhary Al Ja’fy, Shahih Bukhary, Dar ath Thuqoh an Najah,1422H, Juz 1, hal.6

No comments:

Post a Comment