Saturday, December 24, 2016

Dakwah adalah Jalan Pembuktian Cinta

Oleh Wahyu B. Prasojo
وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ

"...adapun orang-orang beriman amat sangat cintanya kepada Allah...(Al Baqarah:165)

Kecintaan seseorang kepada Allah wajib ada di atas segala bentuk kecintaannya kepada selain-Nya, karena cinta Allah adalah dasar dari agama Islam ini, dengan sempurnanya cinta ini pada hati seseorang, menjadi sempurna pula keimanannya, dan sebaliknya, dengan berkurangnya kadar kecintaan seseorang kepada Allah, akan berkurang pula keimanannya.

Sebagaimana penjelasan Imam Ibnul Qoyyim bahwa dasar cinta terpuji yang Allah Ta’ala perintahkannya dan Allah ciptakan makhluk karenanya adalah mencintai Allah semata, tiada sekutu baginya. Cinta Allah mengandung peribadahan kepada-Nya semata dan tidak menyembah selain-Nya, karena sesungguhnya ibadah mengandung puncak cinta diiringi dengan puncak perendahan diri. Sikap ini tidak boleh dipersembahkan kecuali kepada Allah Azza wa Jalla semata”

Imam Al Ghazali menjelaskan, adapun kecintaan kepada Allah akan melingkupi (mencelup) hati, kecintaan ini membimbing hati dan bahkan merambah ke segala hal.

Imam Ibnul Qoyyim menjelaskan, ada yang berpendapat, arti cinta yang hakiki ialah menyerahkan apapun yang ada pada dirimu kepada orang yang di cintai, sehingga tak ada lagi yang menyisa.

Cinta sejati memiliki tanda-tanda. Kasih sayang yang tulus menuntut bukti-buktinya. Adalah seorang wanita dari keturunan Bani Dinar. Saat suami, ayah, saudara laki-lakinya pergi ke medan Uhud lalu mereka semua mati syahid di jalan Allah, berita kematian mereka pun sampai kepadanya. Lalu wanita itu memandang Rasulullah kemudian mengatakan: “musibah apapun selainmu adalah kecil”

Ibnul Qoyyim juga menjelaskan bahwa cintalah yang menggerakkan orang yang mencintai sesuatu mencari sesuatu tersebut. Maka orang yang mencintai Allah dengan benar dan baik, akan tergerak untuk mencari perkara yang dicintai oleh Allah pada setiap ucapan maupun perbuatannya. Lahirnya maupun batinnya akan ia pantau terus agar sesuai dengan kecintaan dan keridhaan Rabbnya. Inilah yang kita fahami sebagai definisi ibadah.

Perkara yang dicintai oleh Allah terdapat dalam syari’at-Nya yang dibawa oleh Rasul-Nyashallallahu ‘alaihi wa sallam, mencintai Allah yang benar adalah dengan mengikuti Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah berfirman,

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

"Katakanlah (Muhammad) jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah oleh kalian akan aku. Maka Allah akan mencintai kalian..."(Ali Imran:31)

Mengikuti jalan hidup Rasulullah berarti menempuh jalan dakwah. Ia adalah wujud dan bukti cinta. Maka sahabat Rasulullah, Abdullah bin Mas'ud ra berpesan, "jadilah kalian sumber mata air ilmu; lampu-lampu (cahaya) petunjuk yang menetap di rumah rumah; pelita di waktu malam yang hatinya selalu baru, yang kusut pakaiannya, dan dikenal oleh penduduk langit, tetapi tersembunyi dari penduduk bumi.

Ustadz Rahmat Abdullah pernah berpesan, dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu. Berjalan, duduk dan tidurmu. Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yang kau cintai. Menyedot saripati energimu. Sampai tulangmu. Sampai daging terakhir yang menempel di tubuh rentamu. Tubuh yang luluh lantak diseret-seret. Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari.

Muhammad Idris asy Syafi'iy memperingatkan, "Lalu, jika kalian sudah berada di jalur menuju Allah, maka berlarilah.
Jika itu sulit bagimu, maka berlari kecillah.
Jika engkau lelah, maka berjalanlah. Namun jangan pernah berbalik arah atau berhenti".
Wallahu'a'lam bishawwab.

No comments:

Post a Comment