Friday, December 9, 2016

Hadits Dakwah : Agama adalah Nasihat


oleh wahyu bhekti prasojo
1. Teks dan Sanad Hadits

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبَّادٍ الْمَكِّيُّ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، قَالَ: قُلْتُ لِسُهَيْلٍ: إِنَّ عَمْرًا حَدَّثَنَا عَنِ الْقَعْقَاعِ، عَنْ أَبِيكَ، قَالَ: وَرَجَوْتُ أَنْ يُسْقِطَ عَنِّي رَجُلًا، قَالَ: فَقَالَ: سَمِعْتُهُ مِنَ الَّذِي سَمِعَهُ مِنْهُ أَبِي كَانَ صَدِيقًا لَهُ بِالشَّامِ، ثُمَّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ سُهَيْلٍ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَزِيدَ، عَنْ تَمِيمٍ الدَّارِيِّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «الدِّينُ النَّصِيحَةُ» قُلْنَا: لِمَنْ؟ قَالَ: «لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ»[1]

2. Terjemah Hadits
Dari Tamiim ad Dariy ia berkata: Bersabda Rasulullah shallallahu’alayhi wasallam : Sesungguhnya Agama adalah Nasihat. Kami berkata: Bagi siapa wahai Rasulullah? Beliau bersabda: Bagi Allah dan kitabNya, dan RasulNya, bagi para pemimipin ummat Islam dan seluruh kaum muslimin.(HR. Muslim)
3. Takhrij Hadits
Hadits ini diriwayatkan Imam Muslim dari riwayat Suhayl bin Abu Shalih dari Atha’ bin Yazid Al Laitsi dari Tamim Ad Dariy. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim pada Bab Bayan ana al Diin an Nashihah. Imam An Nawawi berkata, “Dalam Shahih Bukhory tidak ada hadits ini, sedangkan pada Shahih Muslim hanya pada bab ini, tidak ada pada tempat lainnya.[2]
Hadits ini juga diriwayatkan Imam At Turmudzy dari jalur Suhayl dari Abu Shalih dari Abu Hurayrah.[3] Sebagian ulama menshahihkan kedua jalur tersebut, tetapi ada ulama yang hanya menshahihkan yang dari jalur Tamim Ad Dariy.[4]
Imam Abu Dawud juga meriwayatkan hadits ini dalam Sunannya, Bab Fi an Nashihah, Juz 4 halaman 286, hadits nomor 4944. Syaikh Al Albany menshahihkannya.[5] Demikian pula oleh Imam An Nasa’iy dalam Sunan An Nasa’iy, yaitu pada Bab An Nashihah lil Imam, juz 7 halaman 156. [6]
Adapun Tamim Ad Dariy adalah salah seorang Sahabat Nabi saw, yang banyak melakukan sholat tahajjud. Beliau masuk Islam pada tahun ke 9 H. Pasca terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan ra, beliau pindah ke Syam dan menetap di Palestina hingga wafatnya pada tahun 40 Hijriyah.[7]
4. Penjelasan Hadits dan pelajaran
a.       Nashihat adalah ucapan yang dimaksudkan untuk perbaikan.[8]Nabi saw menjelaskan bahwa agama adalah nasihat. Ini menunjukkan bahwa nasihat itu mencakup seluruh bagian-bagian Islam, Iman dan Ihsan seperti dijelaskan dalam hadits Jibril, dan beliau menyebutnya sebagai agama.[9] Sedangkan maksud dari Agama adalah Nashihat dalam hadits ini adalah bahwa tiang yang menegakkan agama adalah nasihat.[10] Ini adalah bentuk kalimat yang menjelaskan pentingnya sebuah amal di antara amal-amal yang lain, dalam sebuah proses yang besar, seperti perkataan Nabi yang lainnya, haji adalah ‘arofah. Yakni tiang dan hal utama dalam haji adalah wukuf di Arofah.[11]Imam Abu Sulayman Al Khataby mengatakan, “Nasihat adalah kata yang menjelaskan sejumlah hal, yaitu yang menginginkan kebaikan kepada orang yang diberi nasihat. Asal kata nasihat menurut bahasa ialah murni. Nashahtu al Asala, maksudnya engkau memurnikan madu tersebut dari lilin.”[12] Abu Amr bin Ash Shalah berkata, “Nasihat adalah kata universal yang mencakup pengerjaan oleh pemberi nasihat terhadap sejumlah kebaikan; dalam bentuk keinginan dan amal perbuatan, untuk pihak penerima nasihat.”[13]
b.      Nasihat untuk Allah ialah mentauhidkanNya, mensifatiNya dengan sifat-sifat kesempurnaan dan keagungan, membersihkanNya dari apa saja yang berlawanan dan menyalahi sifat-sifatNya, menjauhi maksiat, ta’at dan cinta kepadaNya dengan ikhlas, mencintai dan membenci karenaNya dan mendorong manusia berjihad di jalanNya.[14] Syaikh Muhammad Fuad Abdul Baqy menambahkan bahwa nasihat kepada Allah pada hakikatnya adalah seorang hamba menasihati jiwanya sendiri karena Allah tidak membutuhkan nasihat.[15]
c.       Adapun nashihat bagi kitab Allah adalah beriman kepadanya, mengagungkan dan membersihkannya, membacanya dengan bacaan yang benar, memikirkan perintah dan larangannya, memahami ilmu, mengkaji ayat-ayatnya, mengajak manusia kepadanya dan membelanya dari pelecehan orang kafir dan yang melampaui batas.[16]
d.      Sedangkan nashihat bagi Rasulullah saw adalah membenarkan risalahnya dan beriman kepada semua yang dibawanya, hormat dan patuh kepada beliau. Menghidupkan sunnah beliau dan menyebarkannya.[17]
e.       Nasihat bagi pemimpin kaum muslimin adalah menolong mereka dalam kebenaran dan mematuhi mereka karena kebenaran dan mematuhi kebenaran yang mereka perintahkan, mengingatkan mereka kepada kebenaran, menasihati mereka dengan santun, tidak menyerang mereka serta mendoakan mereka.[18] Adapun yang dimaksud pemimpin kaum muslimin adalah para Khalifah dan yang lainnya yang mengurusi kaum muslimin, yang memegang wewenang.[19]
f.       Adapun nashihat bagi kaum muslimin secara umum membimbing mereka kepada kemaslahatan dunia dan akhirat mereka. Mengajari mereka dalam urusan dunia dan akhirat, menutup aurat mereka, menolong dan membela mereka, mencintai kebaikan bagi mereka dan lain-lain.[20]
g.      Nashihat adalah Islam itu sendiri. Di mana, Islam dilakukan melalui ucapan dan perbuatan.[21] Maka saling menasihati adalah hal penting yang mengokohkan bangunan masyarakat Islam. Mengenai pentingnya nasihat beberapa Ulama’ menjelaskan tentang nashihat[22]:
Hasan Al Bashry berkata, bahwa beberapa sahabat Nabi pernah berkata, “Demi Dzat yang jiwaku ada di tanganNya orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang menyebabkan Allah mencintai hambaNya, menyebabkan hamba cinta kepada Allah, dan menyebarkan nashihat di muka bumi.”
Abu Bakar al Mazny berkata, “Yang menjadikan Abu Bakar lebih tinggi derajatnya dibanding sahabat-sahabat lainnya bukanlah puasa atau sholat. Akan tetapi karena sesuatu yang ada dalam hatinya, yaitu kecintaan kepada Allah dan nashhat terhadap makhluqNya.”
Fudhail bin Iyadh berkata, “Orang yang berjumpa kami tidak melihat kami banyak sholat dan puasa, namun ia melihat kami karena murah hati, lapang dada dan suka memberi nashihat kepada ummat.”


[1] Muslim bin Hajjaj Abul Hasan Al Qusyairy An Naysabury, Shahih Muslim, tahqiq Muhammad Fu’ad Abdul Baqy, Darul Ihya at Turats Al Araby, Beyrut, Juz 1, hal 74.
[2] Musthofa Dieb al Bugho & Muhyidin Misthu, Al Wafiy, Syarah Kitab Arba’in An Nawawiyah, alih bahasa Muhil Dhofir, Al I’tishom, Jakarta, 2013, hal.38.
[3] Muhammad bin ‘Isa bin Saurah bin Musa bin Ad Dhahak At Turmudzy, Sunan At Tirmidzy, Syirkah Maktabah wa Mathba’ah Musthafa Al Baaby Al Halaby, Mesir, 1975, Juz 4, hal 324.
[4] Zaynudin Abdurrahman bin Ahmad ad Dimasyqi Al Hambali, Ibnu Rajab, Jami’ul Ulum wal Hikmah, alih bahasa Fadhli Bahri, Darul Falah, Jakarta, 2011, hal.165.
[5] Abu Dawud Sulayman bin Asy’ats Al Azdy As Sijistany, Sunan Abu Dawud, tahqiq Muhammad Muhyidin Abdul Hamid, Al Maktabah Al ‘Ashriyah Shida Beyrut, Juz 4 hal.286.    
[6] Abu Abdurrahman Ahmad bin Syu’ayb ‘Ali al Khurasany an Nasa’iy, Sunan An Nasa’iy, tahqiq Abdul Fattah abu Ghuddah, Maktab Al Mathbu’at Al Islamiyah, Halab, 1986, Juz 7, hal.156.
[7] Musthofa Dieb al Bugho & Muhyidin Misthu, op.cit, hal.428.
[8] Ibid, hal.39.
[9] Ibnu Rajab, op.cit, hal.169.
[10] Muslim bin Hajjaj Abul Hasan Al Qusyairy An Naysabury, loc.cit, juz 1, hal.74.
[11] Muslim, ibid.
[12] Ibnu Rajab, op.cit, hal.170.
[13] Ibid, hal. 173.
[14] Ibid, hal. 173.
[15] Muslim, loc.cit.
[16] Ibnu Rajab, loc.cit.
[17] Ibid, hal. 173.
[18] Ibid, hal.173.
[19] Muslim, loc.cit.
[20] Ibnu Rajab, loc.cit.
[21] Musthofa Dieb al Bugho & Muhyidin Misthu, op.cit, hal.44.
[22] Ibnu Rajab, op.cit, hal.175.

No comments:

Post a Comment