Wednesday, April 5, 2017

Dimensi Robbaniyah Ajaran Islam


oleh wahyu b prasojo

Yusuf Al Qaradhawy menjelaskan Rabbaniyah meliputi dua dimensi; yang pertama dimensi tujuan dan sudut pandang (rabbaniyah ghoyah wal wijhah) dan yang kedua dimensi sumber ajaran dan sistemnya (rabbaniyah mashdar wal manhaj).[1]

Maksud Rabbaniyah Ghoyah (Tujuan) dan Wijhah (sudut pandang) yaitu Islam itu menjadikan tujuan akhir dari ajaran-ajarannya jauh ke depan, yaitu untuk membangun hubungan dengan Allah secara baik dan mencapai ridho-Nya. Hal ini pada gilirannya merupakan puncak cita-cita, usaha dan kerja keras manusia dalam kehidupan dimuka bumi.[2]

Sebagaimana firman Allah,

يا أيها الإنسان إنك كادح إلى ربك كدحا فملاقيه

“Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Rabbmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya”. (QS. Al Insyiqaq :6).

Pada intinya segala sesuatu yang ada dalam Islam semata-mata dimaksudkan untuk menjadikan seseorang Ikhlash kepada Allah.  Karenanya ruh dan globalitas Islam adalah Tauhid atau mengesakan Allah.

Adapun maksud dari   Rabbaniyah Mashdar (sumber hukum)  dan Manhaj (sistem) adalah bahwa manhaj (metode/sistem) yang ditetapkan oleh Islam guna mencapai sasaran dan tujuan itu adalah Manhaj Rabbani yang murni dan sumbernya adalah Wahyu Allah yang turun kepada Rasulullah SAW. Dia tidak dibuat berdasarkan kecendrungan individual, kekeluargaan, kesukuan, kepartaian dan lain-lain yang sifatnya manusiawi.[3]

يا أيها الناس قد جاءكم برهان من ربكم وأنزلنا إليكم نورا مبينا

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Qur'an). (QS.An Nisaa:174). 

ويوم نبعث في كل أمة شهيدا عليهم من أنفسهم وجئنا بك شهيدا على هؤلاء ونزلنا عليك الكتاب تبيانا لكل شيء وهدى ورحمة وبشرى للمسلمين

(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami, bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (QS An Nahl:89).

Jadi sumber manhaj ini adalah datang dari Allah yang menginginkan petunjuk dan cahaya bagi hamba-hambaNya dalam menjalani hidup keseharian mereka sampai saat kembalinya tiba. Karena dalam agama Islam, ibadah itu mencakup keseluruhan kegiatan manusia dalam hidup di dunia ini, termasuk kegiatan yang sifatnya duniawi. Jika kegiatan itu dilakukan dengan sikap bathin yang berniat menghamba hanya kepada Allah saja.[4]

Secara rinci, Hasan Al Banna menguraikan Islam sebagai;

negara dan tanah air atau pemerintahan dan ummat, moral dan kekuatan atau kasih sayang dan keadilan, wawasan dan undang-undang atau ilmu pengetahuan dan hukum, materi dan kekayaan alam atau penghasilan dan kekayaan, serta jihad dan dakwah atau pasukan dan pemikiran. Sebagaimana juga ia adalah aqidah yang murni dan ibadah yang benar.[5]

Rasulullah sebagai da’i Allah mempunyai tugas menyeru kepada manhaj ini dan menjelaskan perintah-perintah Allah kepada manusia.

Dimensi-dimensi robbaniyah tersebut di atas jika dirumuskan dalam konsep ajaran dapat dirinci dengan rumusan sebagai berikut:

1. Islam adalah petunjuk yang sesuai untuk totalitas kesempurnaan manusia

Islam adalah  risalah bagi manusia dalam kapasitasnya sebagai makhluq yang sempurna. Islam sebagai risalah untuk manusia, mengatur dan mengarahkan akal, ruh, fisik, kemauan dan naluri maupun instink. Karenanya tidak ada pemisahan dalam mengatur dan mengarahkan  potensi yang dimiliki manusia, karena manusia merupakan makhluq Allah  yang sempurna dan satu eksistensinya, dimana ruhnya tidak berpisah dari materi dan materinya tidak berpisah dari akalnya.[6]

ضرب الله مثلا رجلا فيه شركاء متشاكسون ورجلا سلما لرجل هل يستويان مثلا الحمد لله بل أكثرهم لا يعلمون

Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari seorang laki-laki (saja); Adakah kedua budak itu sama halnya? Segala puji bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. ( Az Zumar :29)

2. Islam adalah petunjuk bagi manusia dalam semua fase kehidupannya.

Risalah Islam adalah hidayah Allah yang senantiasa menyertai manusia kemanapun menghadap dan berjalan dalam perkembangan-perkembangan hidupnya. Islam menyertai manusia semenjak masih bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa dan sampai masa tua.[7] Dalam semua periode ini, Islam telah menetapkan bagi manusia manhaj terbaik yang dicintai dan di ridhai oleh Allah.

Sehingga dalam Islam kita mendapatkan hukum-hukum yang berkaitan  dengan manusia ketika kecil, muda, dewasa dan masa tua. Tidak ada jenjang kehidupan manusia yang berlalu begitu saja, kecuali Islam mempunyai taujih (arahan) dan syari’at (tata cara/ketentuan) didalamnya. Contoh dalam Al Qur’an:

والوالدات يرضعن أولادهن حولين كاملين لمن أراد أن يتم الرضاعة وعلى المولود له رزقهن وكسوتهن بالمعروف لا تكلف نفس إلا وسعها لا تضآر والدة بولدها ولا مولود له بولده وعلى الوارث مثل ذلك فإن أرادا فصالا عن تراض منهما وتشاور فلا جناح عليهما وإن أردتم أن تسترضعوا أولادكم فلا جناح عليكم إذا سلمتم ما آتيتم بالمعروف واتقوا الله واعلموا أن الله بما تعملون بصير

Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya, dan waris pun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS.Al Baqarah:233).

Bahkan lebih dari itu, syari’at Islam menaruh kepedulian kepada manusia semenjak belum lahir sampai setelah meninggal dunia.

3. Islam adalah petunjuk bagi manusia dalam segala sektor kehidupannya.

Diantara dimensi (makna) syumul dalam Islam adalah bahwa Islam merupakan risalah bagi manusia pada semua sektor kehidupan dan segala aktifitas kemanusiaannya.[8] Maka Islam tidak pernah meninggalkan satu aspekpun dari aspek-aspek kehidupan manusia kecuali dia mempunyai sikap didalamnya. Aqidah Islam telah menjawab seluruh pertanyaan manusia tentang alam semesta, manusia, kehidupan, dan menetapkan bahwa semuanya itu adalah makhluk. Pada intinya adalah Islam tidak akan membiarkan manusia berjalan sendiri tanpa hidayah dari Allah. Kemanapun dia melangkah  dan dalam aktifitas apapun  dia lakukan, apakah itu yang bersifat materiil ataupun spiritual, individu atau sosial, gagasan atau operasional, keagamaan atau politis.



[1] Yusuf Al Qorodhowy, Al Khashaish Al ‘Aammah lil Islam, (Beyrut, Muasasah Risalah, 1983), hal.9.
[2] Ibid, hal.9.
[3]Ibid, hal.36.
[4] Yunan Yusuf, Al Qur’an di Bumi, dalam Agama di Tengah Kemelut, Komarudin Hidayat et.al, (Jakarta, Mediacita, 2001), hal.347.
[5] Hasan Al Banna,op.cit, Jilid 1, hal.291-292.
[6] Yusuf Al Qorodhowy, op.cit, hal.108.
[7] Ibid, hal. 109
[8] Ibid, hal.111.

No comments:

Post a Comment